Selasa, 05 Maret 2013

Pencegahan Infeksi




Pencegahan Infeksi
         Pencegahan infeksi adalah bagian yang sangat diperlukan dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Pencegahan infeksi harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi.
         Tujuan pencegahan infeksi dalam asuhan pelayanan kebidanan adalah untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infesi oleh virus, bakteri, dan jamur. Pencegahan infeksi juga untuk meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme serta menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV / AIDS.
         Teknik aseptik lebih membantu terhadap perlindungan pada ibu, bayi dan penolong persalinan. Teknik aseptik adalah usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Caranya adalah dengan menghilangkan atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat aman. Teknik antiseptic terdiri atas :

1.      Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi
                Perlengkapan pelindung pribadi berfungsi untuk mencegah petugas terkena mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara membatasi atau menghalangi dari percikan cairan tubuh, darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik. Perlengkapannya antara lain kaca mata pelindung, masker wajah, sepatu bot atau sepatu tertutup, celemek.

2.  Antiseptic
           Antiseptic merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah dengan membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh, kulit selaput lendir menggunakan bahan antimikroba. Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilakan oleh sebab itu digunakan antiseptic.
           Larutan antiseptic seperti alkohol memerlukan waktu beberapa menit setelah dioleskan pada permukaan tubuh agar dapat mencapai manfaat yang maksimum. Karena itu, penggunaan antiseptik tidak diperlukan untuk tindakan kecil dan segera misalnya, penyuntikan oksitosin secara IM pada penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali pusat asalkan peralatan yang digunakan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Larutan antiseptik berikut bisa diterima:
·         Alkohol 60-90%: etil, isopropil, atau metil spiritus
·         Setrimid atau klorheksidin glukonat, berbagai konsentrasi (Savlon)
·         Klorheksidin glukonat 4% (Hibiscrub, Hibitane, Hibiclens)
·         Heksaklorofen 3% (Phisohex)
·         Paraklorometaksilenol (PCMX) atau kloroksilenol), berbagai konsentrasi  (Dettol)
·         Iodine 1-3% larutan yang dicampur alkohol atau encer ( Lugol ) atau tinctur (iodine dalam alkohol 70%). Iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina
·         Iodofor, berbagai konsentrasi (Bethadine)
           Klorheksidin glukonat dan iodophor adalah antiseptik yang paling baik untuk digunakan pada selaput mukosa. Persiapkan kulit/ jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa yang sudah dibasahi larutan antiseptik secara melingkar dari tengah ke luar seperti spiral.

3. Teknik desinfektan
           Larutan desinfektan dipakai juga untuk mendekontaminasi peralatan atau instrumen yang digunakan dalam prosedur bedah. Membersihkan permukaan tempat periksa atau meja operasi dengan disinfektan yang sesuai baik terkontaminasi atau tidak. Setidaknya sekali sehari, adalah cara yang mudah dan murah untuk mendisinfeksi suatu peralatan yang memiliki permukaan luas misalnya, meja instrumen atau ranjang bedah.
           Larutan desinfektan yang dapat diterima antara lain :
·         Klorin pemutih 0,5 % : untuk dekontaminasi permukaan dan DTT peralatan
·         Glutaraldehida 2 % digunakan untuk dekontaminasi tapi karena mahal biasanya digunakan untuk desinfektan tingkat tinggi
           Jangan menggunakan dengan desinfektan yang mengandung senyawa fenol untuk desinfeksi peralatan atau bahan yang akan di pakai oleh bayi baru lahir karena dapat membahayakan keadaan bayi tersebut.
4.      Desinfeksi tingkat tinggi
            Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara merebus atau cara kimiawi. Efek desinfeksi tingkat tinggi hanya dapat dipertahankan selama 1 minggu bila lebih dari itu maka peralatan tersebut perlu didesinfeksi kembali sebelum dipergunakan. Peralatan yang telah di DTT harus disimpan pada tempat yang kering dan bebas dari debu.
            Macam – macam DTT yaitu dengan cara merebus, uap panas dan secara kimiawi.
a.       Cara merebus
·         Gunakan panic yang tertutup rapat
·         Ganti air setiap kali melakukan desinfeksi
·         Rendam peralatan di dalam air
·         Panaskan air
·         Hitung waktu ketika air mulai mendidih
·         Jangan menambahkan sesuatu ke dalam air ketika waktu perhitungan dimulai
-          Rendam selama 20 menit
-          Biarkan peralatan kering dengan cara diangin – anginkan sebelum di gunakan dan di simpan
-          Pada saat peralatan kering gunakan segera atau simpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi tertutup.


b.      DTT sarung tangan dengan cara uap panas
            Setelah sarung tangan di cuci, maka lakukan DTT dengan cara :
·         Gunakan panci perebus dengan 3 nampan pengukus
·         Gulung bagian atas sarung tangan
·         Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang di baawahnya. Supaya mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus, letakkan 5 15 pasang sarung tangan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan
·         Letakkan penutup di atas di atas nampan pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih
·         Perhitungan waktu dimulai pada saat uap air mulai keluar dari celah – celah panic
·         Jika sarung tangan digunakan segera biarkan sarung tangan kering dan diangin anginkan sampai kering di dalam nampan selama 4-6 menit. Biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab.
·         Jika sarung tangan tidak dipakai maka simpan sarung tangan pada tempat desinfektan tinggi lalu tutup dengan rapat. Gunakan penjepit pada saat mengambilnya.

c.       DTT dengan cara kimiawi
   Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid. Klorin tidak bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit maka peralatan yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang.
Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Formalin adalah bahan karsinogenik sehingga tidak boleh digunakan. Tablet formalin hanya efektif pada suhu tinggi dan dalam bentuk gas jenuh.
Langkah – langkah DTT dengan cara kimiawi :
·         Letakkan peralatan dalam keadaan kering yang sudah dicuci
·         Peralatan terendam seluruhnya
·         Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah DTT yang berpenutup
·         Setelah kering peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang berpenutup


DTT kateter secara kimiawi :
·         Persiapkan larutan klorin 0,5 %
·         Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga
·         Letakkan kateter yang sudah dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril untuk membilas bagian dalam kateter dengan larutan klorin. Lakukan pembilasan 3 kali.
·         Biarkan kateter terendam dalam waktu 30 menit
·         Gunakan tabung suntik steril untuk membilas bagian dalam dengan air DTT
·         Kateter dikeringkan dengan cara diangin – anginkan.
Sterilisasi
            Sterilsasi biasanya dilakukan dirumah sakit, dan merupakan cara pencegahan infeksi tingkat tinggi pilihan untuk alat bedah. Semua mikroba dan endospora dapat dimatikan dengan cara ini.
Caranya sebagai berikut :
1.     Benda-benda yang akan didesinfeksi tingkat tinggi harus sudah didekontaminasi dan dicuci. Semua peralatan dibuka, termasuk alat suntik, semua tabung, telah dibilas bagian dalamnya.
2.     Terdapat dua cara sterilsasi, yaitu :
·      Autoklaf : digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang dapat dipakai ulang, jarum dan alat suntik, serta sarung tangan. Autoklaf dipasang pada suhu 121 derajat C, yang setara dengan tekanan 106 kPA, selama 20 menit (bila terbungkus, maka diperlukan 30 menit).
·      Pemanasan kering memerlukan pemanasan sampai 170 derajat C selama 2 jam. Oven rumah tangga cukup memadai untuk keperluan ini. Cara ini tak dapat dipakai untuk sterilisasi sarung tangan dan pipa karet.
3.     Penyimpanan harus dalam tempat yang kering dan bersih bila peralatan terbungkus. Bila peralatan tidak terbungkus, maka simpanlah dalam wadah steril yang tertutup rapat

Selain itu, pencegahan infeksi juga dapat dihindari dengan membuang sampah pada tempatnya. Sampah bisa terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tetapi sebagian besar limbah persalinan dan kelairan bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan benar, sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut termasuk angggota masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk darah, nanah, urin, kotoran manusia dan benda-benda yang kotor oleh cairan tubuh.
Tujuan pembuangan sampah yang benar antara lain :
a.       Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani sampah dan kepada masyarakat
b.      Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak sengaja oleh benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi.

Cara penanganan sampah yang terkontaminasi adalah :
a.       Memakai sarung tangan serba guna.
b.      Membuang sampah padat yang terkontaminasi ke tempat sampah tertutup.
c.       Membuang semua benda tajam dalam wadah anti bocor.
d.      Membuang sampah cair dengan hati-hati ke saluran atau toilet yang dapat disiram.
e.       Membakar sampah padat yang terkontaminasi.
f.       Mencuci tangan, sarung tangan, dan wadah setelah membuang sampah infeksi

Pencegahan infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: 
·         Setiap orang ( ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan ) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik ( tanpa gejala ).
·         Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
·         Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus diproses secara benar. 
·         Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.
·         Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar