Kamis, 10 April 2014
PRINSIP DETEKSI KELAINAN/KOMPLIKASI YANG TERJADI PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS
A.
PEMERIKSAAN
KEHAMILAN DINI
Konsep
dasar pemeriksaan dini merupakan hal pokok yang harus diketahui seorang bidan
untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa semenjak seorang wanita
merasa dirinya hamil, harus segera melakukan pemeriksaan kehamilan.
Beberapa wanita pada awal
kehamilannya berjalan normal tetapi cenderung berkembang menjadi komplikasi
yang berisiko dan atau telah memiliki risiko sejak awal kehamilan. Pemeriksaan
dini diperlukan untuk mendeteksi faktor risiko. Bidan professional harus dapat
melakukan manajemen kebidanan tepat dan benar.
Yang
dimaksud dengan pemeriksaan kehamilan dini adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh seorang wanita untuk pertama kali ketika menyadari dirinya hamil dengan
tujuan dilakukannya pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk mengetahui
apakah wanita tersebut benar – benar hamil, untuk menentukan usia kehamilan,
melakukan deteksi adanya faktor – faktor risiko dan komplikasi pada kehamilan,
perencanaan penyuluhan dan pengobatan yang diperlukan, kemudian melakukan
rujukan dan kolaborasi bila kehamilan mengalami komplikasi dan faktor risiko
yang memungkinkan komplikasi terjadi.
Pembagian
klien adalah klasiikasi penilaian deteksi dini :
Klien dengan kehamilan normal adalah
seorang ibu yang sedang hamil dan kehamilan dilalui dengan sehat dan tidak ada
komplikasi. Seorang ibu hamil atau klien dikatakan mengalami kehamilan
bermasalah jika dalam kehamilannya, klien mengalami masalah, tetapi dengan
bimbingan khusus dan pengawasan, masalah yang dihadapi dapat diatasi seperti
masalah keluarga, psikologi, kekerasan dalam rumah tangga dan financial.Seroang
ibu atau klien dengan kehamilan risiko tinggi adalah klien yang membutuhkan
rujukan yangc epat ke rumah sakit untuk perawatan khusus dan tau pemeriksaan.
Prinsip
deteksi dini terhadap faktor risiko kehamilan sangat diperlukan, walaupun
secara evidence based dikatakan menurut beberapa penelitian yang dilakukan,
bahwa semua wanita selam kurun reproduksi, terutama saat hamil selalu diwaspadai
mengalami risiko, walau kita ketahui bahwa kehamilan adalah sifatnya fisiologis
artinya semua wanita yang sehat dan telah
menikah akan mengalami proses kehamilan.
Kehamilan
dikatakan fisiologi dan tetap harus waspada karena kehamilan berisiko jatuh kekeadaan
yang membahayakan baik terhadap diri si ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya.
Faktor
– faktor risiko ada yang berhubungan dengan kehamilan saat ini dan juga faktor
diluar kehamilan. Faktor – faktor yang harus diwaspadai dan berhubungan dengan
kehamilan saat ini diantaranya :
a.
Perdarahan pervaginam
b.
Hipertensi dimana terjadi kenaikan systole 30
mmHg, diastole 15 mmHg
c.
Kenaikan berat badan ( BB ) > 13 kg atau <
9 kg selama kehamilan atau kenaikan berat badan < 1/2 kg / minggu pada
triwulan akhir kehamilan
d.
Odema ( terutama bengkak pada wajah dan kelopak
mata )
e.
Pusing dan penglihatan berkunang – kunang
f.
Kehamilan ganda
g.
Kematian janin dalam kandungan
h.
Usia kehamilan < 37 minggu atau > 42
minggu
i.
Ibu hamil dengan penyakit menahun
j.
Primigravida dengan kepala belum turun / masuk
pintu atas panggul pada akhir kehamilan
k.
Proteinuria : protein dalam urin positif 2 ( ++
)
l.
Muntah berlebihan
m.
Riwayat kehamilan
n.
Persalinan dan nifas yang lalu banyak penyulit
Faktor – faktor diluar kehamilan yang
harus diwaspadai antara lain
a.
Usia ibu < 20 tahun atau 35 tahun
b.
Pendidikan ibu rendah khususnya pengetahuan
tentang kesehatan kurang
c.
Tinggi badan ibu < 145 cm
d.
Sosial ekonomi keluarga rendah
e.
Paritas > 5
f.
Ibu mengidap penyakit infeksi menahun
g.
Jarak antara 2 kehamilan kuang dari 2 tahun
h.
Riwayat kematian janin / bayi / anak lebih dari
satu
i.
Persalinan preterm
Deteksi
dini tersebut dapat dilakukan dengan melakukan skrining dengan melakukan
antenatal care ( ANC ) secara teratur ke tempat yang memiliki kemampuan dan
secara aspek legal boleh melakukan praktek antara lain : dokter ahli kandungan,
bidan desa, bidan praktik swasta, puskesmas, dan rumah sakit.
Keuntungan
skrining ANC untuk menilai faktor risiko kehamilan adalah sebagai berikut:
a.
Memungkinkan untuk mengidentifiksi masalah
potensial selama kehamilan
b.
Evaluasi kebutuhan konseling untuk kehamilan
c.
Mengurangi ketakutan terhadap masalah dan
prosedur yang mungkin dibutuhkan
d.
Membantu untuk membangun komunikasi dan rasa
percaya terhadap pelayanan yang dilakukan di awal kunjungan
e.
Memungkinkan mengubah diagnose melalui proses
monitoring kehamilan yaitu kesejahteraan fisik, psikologi dan emosional ibu dan
janin
f.
Melakukan rujukan ke tenaga professional sesuai
masalah dan komplikasi
g.
Memungkinkan rujukan pasangan untuk konsleing
genetika
Beberapa
tanda bahaya yang harus bidan maupun ibu dan keluarganya ketahui dan ini harus
diinformasikan antara lain :
a. Perdarahan
pervaginam
Perdarahan melalui vagina pada kehamilan jarang sekali
merupakan hal yang normal. Pada saat yang dini dalam masa kehamilan, para ibu
mungkin akan melihat adanya perdarahan sedikit atau bintik darah sekitar waktu
pertama kali haid mereka berhenti. Perdarahan ini adalah perdarahan
implementasi (penanaman) dan hal itu adalah normal.
Cara mendeteksinya seorang bidan harus meminta ibu untuk
menjelaskan sifat-sifat perdarahannya, kapan mulai terjadi flek, berapa banyak
darah yang sudah hilang, apa warna darah tersebut, adakah gumpalan darah beku
dan lain-lain. Pada waktu-waktu lain dalam masa kehamilan, perdarahan ringan
mungkin bisa merupakan suatu pertanda dari cervix yang rapuh. Perdarahan jenis
ini bisa merupakan hal yang normal atau bisa juga sebagai pertanda adanya
infeksi. Cara pengumpulan datanya lakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu,
denyut, serta tonus jantung bayi.
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak pernah boleh
dianggap normal adalah perdarahan yang merah, berat dan menyakitkan. Perdarahan
seperti ini bisa menjadi pertanda telah terjadi abortus kehamilan, atau
kehamilan ektopik. Tugas bidan adalah melakukan pemeriksaan luar, raba dan
rasakan kelembutan abdominal bagian bawah, lakukan pemeriksaan inspekulo (jika
memungkinkan)
Pada usia kehamilan selanjutnya, perdarahan abnormal
adalah merah, banyak dan kadang-kadang walaupun tidak selalu, bertalian dengan
rasa nyeri. Perdarahan jenis ini bisa menjadi pertanda adanya placenta previa
atau placenta abruption. Pada kasus plasenta previa jangan sekali-kali
melakukan pemeriksaan dalam.
b. Sakit
kepala lebih dari biasa
Sakit kepala semasa kehamilan adalah normal dan sering
merupakan ketidaknyamanan yang umum dalam kehamilan. Sakit kepala yang mungkin
mengindikasikan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang
berlangsung terus menerus dan tidak bisa hilang dengan jalan istirahat. Kadang-kadang,
dengan sakit kepala yang sangat berat, seorang ibu bisa merasakan bahwa
penglihatan/pemandangan matanya bisa kabur atau ibu tersebut melihat adanya
bintik hitam dihadapan matanya. Sakit kepala berat dalam masa kehamilan
merupakan gejala dari preeklampsia.
Pentalaksanaan dengan cara menanyakan kepada ibu apakah
ia mengalami edema/pembengkakan pada wajah/tangan atau terjadi masalah
penglihatan. Periksa tekanan darah, protein urine, refleks dan edema. Periksa
suhu badannya dan jika suhunya naik pertimbangkan untuk memeriksa darah untuk
mengetahui apakah ada penyakit/parasit malaria.
c. Gangguan
penglihatan
Oleh karena pengaruh-pengaruh hormonal, akuitas visual
(ketajaman penglihatan) seorang ibu bisa berubah pada saat kehamilan. Perubahan
kecil dalam masa ini adalah normal. Masalah penglihatan yang bisa
mengindikasikan kondisi yang mengancam jiwa ialah perubahan tiba-tiba dalam
penglihatan, seperti kekaburan penglihatan atau melihat adanya bintik-bintik
dihadapan mata.
Perubahan-perubahan seperti ini bisa dibarengi dengan
sakit kepala berat. Perubahan penglihatan yang tiba-tiba bisa merupakan
pertanda adanya preeklamsia. Pada kasus ini lakukan pemeriksaan tekanan darah,
protein urine, refleks dan edema.
d. Pembengkakan
pada wajah / tangan
Hampir setengah dari jumlah seluruh wanita pasti mengalmi
sedikit pembengkakan yang sifatnya normal pada kaki dan telapak kaki yang
biasanya muncul pada akhir (sore) hari dan biasanya akan hilang setelah
istirahat atau dengan meninggikan kaki sedikit. Pembengkakan yang bisa
mengindikasikan adanya masalah yang serius ialah bila pembengkakan tersebut
berada di wjaah dan tangan, dan tidak mau hilang setelah istirahat, dan hal ini
disertai dengan keluhan-keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan pertanda
adanya anemia, kegagalan kardiak atau pre eklampsia.
Penanganan yang dilakukan, tanyakan kepada ibu apakah ia
mengalami sakit kepala dan gangguan penglihatan, evaluasi derajat pembengkakan,
verivikasi haemoglobin ibu (atau warna dari konjungtiva/telapak tangannya) dan
tanyakan tentang tanda-tanda/gejala anemia lainnya.
e. Nyeri
abdomen ( epigastrik )
Rasa sakit abdominal yang tidak ada hubungannya dengan
persalinan normal biasanya adalah tidak normal. Rasa sakit abdominal yang
mungkin bisa mengindikasikan masalah yang mengancam jiwa ialah rasa sakit yang
parah, terus berlanjut dan tidak bisa diperingan dengan jalan istirahat. Hal
ini bisa berarti adanya apendicitis (radang usus buntu), penyakit radang
panggul, kehamilan ektopik, abortus, gastritis, penyakit kantung empedu,
abrupsi plasenta (plasenta lepas sebelum waktunya), infeksi saluran kemih atau
infeksi-infeksi lainnya.
Mintalah ibu untuk menjelaskan sifat nyeri badomen
tersebut, kapan terjadinya, seberapa sakitnya dan lain-lain. Tanyakan apakah
ada tanda-tanda/gejala lain yang menyertai seperti muntah-muntah, diare, demam
dan sebagainya. Lakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, denyut jantung janin,
denyut nadi.
Lakukan pemeriksaan luar, dalam, raba dan rasakan
kelembutan abdominalnya atau kelembutan rebound (pantulannya), periksa untuk
mengetahui Costo-Vertebral Angle Tenderness (CVAT) atau nyeri pada daerah
tulang dada dan tulang punggung. Periksa urine untuk mengetahui kadar
proteinnya.
f. Janin
tidak bergerak sebanyak biasanya atau pergerakan janin < 10 dalam 12 jam.
Pada saat bayi tertidur pergerakannya akan sedikit
melambat, bayi seharusnya bergerak sedikitya 3 kali dalam 3 jam. Pergerakan
tersebut akan lebih mudah dirasakan ketika berbaring atau beristirahat dan pada
waktu ibu cukup makan dan cukup minum.
Jika bayi bergerak sebelumnya dan sekarang tidak bergerak
lagi, tanyakan pada ibu, kapankah terakhir kalinya bayi tidak bergerak?.
Lakukan perabaan untuk mengetahui dan merasakan pergerakan janin dan dengarkan
denyut jantung janin
Untuk
pemeriksaan kehamilan dini (early ANC detection), perlu diperhatikan pekerjaan
sebagai berikut:
a.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental, dan sosial ibu dan bayi.
c.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan
atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI ekslusif
1.
Kontak dini trimester I
Kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selamakehamilan.1 kali pada
triwulan pertama, 1 kali pada triwulanke 2, dan 2 kali pada triwulan ke 3. Kunjungan
pertama wanita baik kepusat pemberian perawatan kesehatan atau ke klinik
obsetri penting untuk menentukan kelanjutan perawatanya, wanita harus measa
penting dan diterima.
Pada
kunjungan pertama diagnosis kehamilan dapat ditegakkan dan data dasar
ditetapkan tergantung kepada usia gestasi. Kehamilan terlalu dini dan tidak dapat
diperiksa, maka kunjungan berikutnya dijadwalkan dalam dua minggu. Kehamilan
berlangsung selama Sembilan bulan menurut penanggalan internasional, 10 bulan,
menurut penanggalan lunar, atau sekitar 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi
tiga periode, tiga bulanan atau trimester.
Trimester
pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ketiga belas, trimester
kedua adalah periode minggu ke 14-26, sedang trimester tiga minggu ke
27-kehamilan cukup bulan (38-40 minggu). Setelah kehamilan didiagnosis,
perawatan prenatal dilakukan
Asuhan
keperawatan mengikuti proses keperawatan :
a.
Pengkajian
b.
Analisis dan penegakan diagnose keperawatan
c.
Perencanaan
d.
Implementasi
e.
Evaluasi
Pada
kunjungan pertama atau pada trimester I tanda bahaya yang diwaspadai adalah :
a. Anemia
Pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
(eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
Ekspansi
volume plasma mulai pada minggu ke-6 kehamilan dan mencapai maksimum pada
minggu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke-37, pada
titik puncaknya volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil di
bandingkan perempuan yang tidak hamil. Penurunan hematokrit, kosentrasi
hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke-8
kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai minggu ke-22 ketika
titik keseimbangan tercapai.
Penyebab
anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Seringkali defisiensinya
bersifat multiple dan manifestasi klinik yang disertai dengan infeksi, gizi
buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun penyebab mendasar
anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbs yang tidak
adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang kebutuhan yang berlebihan, dan
kurangnya ultilisasi nutrisi hemopoietik.
Sekitar
75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan
gambaran eritrosit mikrositik pada asupan darah tepi. Penyebab tersering kedua
adalah anemia megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat
dan difesiensi vitamin B12. Penyebab anemia lainya yang jarang ditemui antara
lain adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia dan
keganansan.
b.
Penyakit keturunan
·
Diabetes militus
Diabetes
militus merupakan penyakit metabolic dengan penyebab yang beragam, ditandai
dengan hiperglikemi yang kronis serta perubahan metabolism karbohidrat, lemak,
dan protein akibat efek sekresi atau kerja insulin atau keduanya. Diabetes
merupakan komplikasi medic yang sering etrjadi pada kehamilan. Ada dua macam
perempuan hamil dengan diabetes yaitu :
§ Perempuan
hamil dengan diabetes yang sudah diketahui sejak sebelum perempuan tersebut
hamil (pregestasinal)
§ Perempuan
hamil dengan diabetes yang baru diketahui setelah perempuan tersebut hamil
(diabetes militus gestasional).
Diabetes
militus getasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru di temukan
pada waktu hamil. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan denga diabetes sangat
bervariasi. Resiko pada ibu hamil yaitu :
ü
Preeklamsia
ü
Seksiosesaria
ü
Dan terjadinya diabetes militus tipe 2 di
kemudian hari
Sedangkan
resiko pada janin yaitu:
ü
Makrosomia
ü
Trauma persalinan
ü
Hiperbilirubinemia
ü
Hipoglikemi
ü
Hipokalsemia
ü
Polisitemia
ü
Sindroma distress respirasi
ü
Kematian janin
ü
Hiperbilirubinemia antenatal
§
Hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan merupakan
5-15% penyulit penyulit kehamilan dan merupan salah satu dari tiga sebab tinggi
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Klasifikasi hipertensi antara lain :
ü
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu dan menetap sampai 12 minggu pasca persalinan
ü
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria
ü
Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan
kejang-kejang/koma
ü
Hipertensi kronik dengan superimposed
preeklamsia adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklamsi atau
hipertensi kronik dan disertai proteinuria
ü
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang
timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang
setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia
tanpa proteinuria.
Faktor resiko untuk terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
ü
Primigravida dan primipaternitas
ü
Hiperplasentosis misalnya molahidatidosa,
kehamilan multiple, diabetes militus, hidrops fetalis, bayi besar
ü
Umur yang ekstrim
ü
Riwayat keluarga pernah preeklamsi/eklamsi
ü
Penyakit ginjal atau hipertensi yang sudah ada
sebelumnya
ü
obesitas
c.
Infeksi dan degenerative
d.
Perdarahan ( abortus, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa )
e.
Hiperemisis gravidarum
f.
Kelaianan genetic janin ( jika memiliki riwayat
atau risiko )
Pada kunjungan ulang atau trimester ke II
yang harus diwaspadai tentang kejadian atau tanda bahaya :
a.
Perdarahan
b.
Preeklampsi atau eklampsi
c.
Gangguan pertumbuhan janin
Pada kunjungan ulang trimester III tanda bahayanya adalah :
a.
Adanya kehamilan ganda
b.
Ibu mengalami perdarahan ( palsenta previa atau
solution placenta )
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan yaitu :
a.
Satu kali pada trimester pertama
b.
Satu kali pada trimester kedua
c.
Dua kali pada trimester ketiga
2.
Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu
Pelayanan
atau asuhan ANC berdasarkan kebutuhan atau keperluan individu. Dalam hal ini
perlu diperhatikan adalah urutan seperti berikut :
a. Timbang
berat badan
b. Tekanan
darah
c. Tinggi
fundus uteri
d. Tetanus
toxoid TT lengkap
e. Tablet
besi
f. Tes
terhadap penyakit menular seksual ( PMS )
g. Temu
wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan
antenatal care dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional dibidangnya
sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari / digelutinya artinya pelayanan
diberikan sesuai dengan kemampuan tenaga kesehatan seperti ahli kandungan dan
bidan yang telah mempunyai aspek legal untuk memberikan pelayanan ( Surat Izin
Praktek ).
Pada
saat bidan berhadapan dengan seorang wanita dalam masa hamil setidaknya empat
kali melakukan kunjungan seperti yang dijelaskan di atas. Disini bidan harus
paham bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda, artinya kita
tidak boleh menyamakan semua klien yang kita hadapi. Dalam hal ini bukan bentuk
pelayanan dan perlakuannya akan tetapi dari segi psikologis yang mana setiap
orang mempunyai perbedaan, maka dari itu perkembangan psikologi seseorang
wanita harus dikuasai oleh seorang bidan jika telah yakin akan melakukan
praktek mandiri.
Selain faktor psikologi yang harus diketahui, juga setiap perkembangan
dalam tiap trimester harus bidan perhatikan artinya setiap tahap trimester
tentu kebutuhan layanan berbeda, sebagai contoh seorang wanita hamil pada
trimester pertama seringkali mengalami mengidam. Oleh sebab itu pendekatan
psikologi harus lebih ditingkatkan karena pada awal kehamilan ini seorang
wanita terkadang mengalami ketidaksiapan mental, ketidakyakinan akan dirinya
dapat mengalami kehamilan, berbeda tentunya pada ibu yang sudah memasuki kehamilan
trimester kedua dimana baik secara fisik dan psikologi sudah mulai menerima
kehamilan tersebut.
Dari uraian diatas maka
deteksi dini pada kehamilan yang mungkin akan mengakibatkan risiko fatal harus
diwaspadai. Deteksi untuk setiap wanita harus dilakukan tergantung kebutuhan
setiap individu dan tiap trimester, bidan juga harus memahami bahwa kehamilan
bersifat fisiologi oleh sebab itu di upayakan agar kehamilan ibu dapat terus
dilalui secara normal dengan melakukan kunjungan minimal 4 kali selama hamil
dan pemeriksaan yang seksama, deteksi faktor risiko secara tepat.
3.
Skrining untuk deteksi dini
Setiap
kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itulah
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilan. Untuk itu,
perlu di perhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Mengupayakan kehamilan yang sehat
b.
Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan
c.
Persiapan persalinan yang bersih dan aman
Untuk melaksanakan hal-hal
tersebut perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
a.
Pemberian vitamin zat besi
Dimulai dengan memberikan 1 tablet zat besi segera mungkin
setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat
besi 60 mg) dan asam folat 500 gram. Masing-masing 90 tablet. Tablet besi
sebaiknya tidak diminum bersama the dan kopi, karena mengganggu penyerapan.
b.
Pemberian imunisasi TT
Antigen
|
Interval (selang waktu minimal)
|
Lama perlindungan
|
Persen perlindungan
|
TT1
|
Pada kunjungan antenatal ke-1
|
-
|
-
|
TT2
|
4 minggu setelah TT1
|
3 tahun
|
80
|
TT3
|
6 bulan setelah TT2
|
5 tahun
|
95
|
TT4
|
1 tahun setelah TT3
|
10 tahun
|
99
|
TT5
|
1 tahun setelah TT4
|
25 tahun
|
99
|
Keterangan : *artinya apabila
dalam waktu 3 tahun WUS (wanita usia subur) tersebut melahirkan, maka bayi akan
terlindung dari TN
(tetanus neonatorum)
c.
Penilaian klinik
Penilaian klinik merupakan prose berkelanjutan di mulai dari:
·
kontak pertama kepada petugas secara optimal dan
berakhir dengan pemeriksaan 6 minggu.
·
setiap kunjungan antenatal petugas mengumpulkan
data, dan
·
mengenal kondisi melalui analisis dan anamnesis
serta pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterine
Jadwal kunjungan ulang
·
Kunjungan 1 kurang dari 24 minggu dilakukan
untuk
·
Penapisan dan pengobatan anemia
·
Perencanaan persalinan
·
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatan
Kunjungan 2, 24-28
minggu dan kunjungan 3, 36 minggu, dilakukan untuk :
·
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatan
·
Penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi alat
reproduksi dan saluran perkemihan
·
Mengulang perencanaan persalinan
Kunjungan IV 36 minggu
sampai lahir, adalah:
a.
Sama seperti kegiatan kunjungan ke II dan III
b.
Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c.
Memantapkan rencana persalinan
d.
Mengenali tanda-tanda persalinan
Kebiasaan yang lazim dilakukan namun
tidak menguntungkan
Kebiasaan
|
Keterangan
|
mengurangi
garam untuk mencegah preeklamsi
membatasi
hubungan seksual untuk mencegah abortus dan kelahiran premature
pemberian
kalsium untuk mencegah kram pada kaki
membatasi
makan dan minum untuk mencegah bayi besar
|
hipertensi
bukan karena retensi garam
dianjurkan
meenggunakan kondom (prostaglandin) tidak merangsang kontraksi uterus
kram
pada kaki bukan semata-mata disebabkan kekurangan kalsium
bayi
besar disebabkan karena gangguan metabolism pada ibu seperti diabetes
mellitus.
|
Pemeriksaan dilakukan dengan cara anamnesa untuk menanyakan
keluhan utama atau keluhan yang dirasakan saat ini, kemudian ditanyakan seluruh
riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang
termasuk pemeriksaan gynekologi dan obstetri.
Pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan yang dilakukan untuk
meninjau apakah kondisi fisik klien ada masalah atau tidak dan dilakukan secara
komprehensif atau lengkap dan detail dilakukan secara head to toe serta
dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, seperti laboratorium,
pemeriksaan radiologi. Melakukan investasi khusus tergantung / berdasarkan
kebutuhan dan masalah klien.
Adapun skrining
pada kehamilan sejak awal sebelum terjadinya pra-konsepsi, meliputi persiapan
mental, emosional, psikis serta fisik. Yang harus diperhatikan ialah :
·
Faktor
lingkungan dan faktor keturunan yang sangat mempengaruhi pada kehamilan atau
sebelum hamil dan gambaran metode yang bagaimana dalam melakukan pemeriksaan
sebelum pra-konsepsi.
·
Disamping
itu fisik, psikologi dan psikologi bawaan selama kehamilan
·
Pemeriksaan
dan penanganan pada pria dan wanita yang tidak subur / kurang subur
·
Melakukan
review atau evaluasi dan penanggulangan bersama terhadap kesehatan reproduksi
secara aman dan tidak menimbulkan komplikasi
·
Bidan
menerapkan peraturan dalam asuhan prenatal.
Pemeriksaan dini / skrining
dini, biasanya dilakukan secara menegakkan tes atau diagnosa dan pengujian yang
merujuk pada hasil labor. Dimana yang menjadi langkah awal pada skrining
deteksi dini yaitu pemeriksaan
dasar atau pemeriksaan awal.
Menanyakan hal umum seperti kebiasaan diet, gaya hidup, dan mengosumsi
obat-obatan. Riwayat kesehatan dideteksi dari kedua pihak dari suami dan
istri. Dan pengujian langsung yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan ialah tinggi badan, berat badan, dan
pemeriksaan cek darah di labor.
Dan sebagai antisipasi pada wanita, pemeriksaan yang dilakukan adalah
menanyakan siklus menstruasi pada wanita, apakah terdapat infeksi pada vagina,
pemeriksaan serviks dengan pap smear.
Sampel pemeriksaan lain dalam labor :
·
Urine
Penanganan apabila
terdapat gejala dari infeksi. Seperti akan terjadi keracunan kehamilan
(pre-eklamsi bisa menjadi pre-eklamsi berat bahkan eklamsi), deteksi dini
apabila ibu ada riwayat Diabetes Melitus.
·
Test
darah
Dalam pemeriksaan darah dapat diketahui kadar
hemoglobin menandakan apa ibu anemi atau tidak, imun rubella, test penyakit
syphilis, menentukan LED (laju endap darah) dan pemeriksaan terhadap indikasi
lainnya sebagai contoh pada adanya ciri-ciri penyakit sel sabit.
·
Pemeriksaan
cairan semen
Keabnormalan cairan sperma harus segera diketahui
penyebab pasti, mungkin karena tingginya konsumsi alkohol serta obat-obatan
yang bisa menurunkan kualitas sehingga tidak bisa menjadi konsepsi.
B. DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN
1.
Pengantar
Persalinan dibagi dalam
empat kala sebagai berikut:
a.
kala I : dimulai dari saat persalinan mulai,
sampai pembukaan lengkap ( 10 cm ). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yakni fase
laten ( 8 jam ) serviks membuka sampai 3 cm, dan fase aktif ( 7 jam ) serviks
membuka dari 3 sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
b.
Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm
) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi
c.
Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
d.
Kala IV : dimulai dari saat lahirnya placenta
sampai 2 jam pertama post partum
Tujuan
asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam
upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan
aspek ibu dan sayang bayi.
Kebijakan
pelayanan asuhan persalinan
·
Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau
oleh petugas kesehatan terlatih
·
Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan
fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus
tersedia 24 jam
·
Obat – obatan esensial, bahan dan perlengkapan
harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih
·
Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan
dan kelahiran
·
Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus
dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman. Termasuk hadirnya
keluarga atau orang – orang yang member dukungan bagi ibu
·
Partograf harus digunakan untuk memantau
persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan atau rekam medic untuk
persalinan
·
Selama persalinan normal, intervensi hanya
dilakukan jika benar – benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada
infeksi dan penyulit.
·
Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan
penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini, memberikan suntikan oksitosin
IM, dilakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT )dan segera melakukan
masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal.
·
Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama
ibu dan bayi setidak – tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai
ibu sudah dalam keaadaan stabil. Fundus harus sudah diperiksa setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masase fundus harus
dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan kontraksi uterus tetap baik,
perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan
·
Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus
harus sering diperiksa dan di masase sampai kontraksi baik. Ibu atau anggota
keluarga dapat diajarkan untuk melakukan hal ini
·
Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama
kepala bayi harus segera diselimuti. Bayi dikeringkan, serta dijaga
kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi
·
Obat – obatan esensial, bahan dan perlengkapan
harus disediakan oleh petugas dan keluarga
2.
Pemantauan partograf pada setiap persalinan kala
I aktif
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
memantau petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.
Partograf memberikan peringatan pada petugas kesehatan suatu persalinan
berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.
Untuk menggunakan
partograf dengan benar, petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai
berikut :
a.
Denyut jantung janin
Denyut jantung janin
dinilai dan dicatat setiap 30 menit, setiap kotak dibagian atas patograf
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukkan
denyut jantung janin, catat denyut jantung janin dengan member tanda titik pada
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan denyut jantung janin, kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegak bersambung.
Kisaran normal denyut
jantung janin terpapar pada patograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100. Sebaiknya penlong harus waspada bila denyut jantung janin mengarah hingga
dibawah 120 atau diatas 160 .
b.
Air ketuban
Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan
dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur denyut jantung janin.
Gunakan lambang-lambang sebagai berikut:
U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir
lagi (kering)
c.
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau
molase)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar
derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan
resiko disporporsi kepala sampai panggul (CPD). Ketidak mampuan untuk
berakomodasi atau disporposi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau
tumpang tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup,
sulit untuk dipisahkan.
Apabila ada dugaan disporposi kepala sampai
panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan
persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan
dugaan proporsi kepala sampai panggul (CPD) kefasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan
antar tulang (molase) kepala janin, catat temuan yang ada dikotak yang sesuai,
dibawah lajur air ketuban.
Gunakan lambing-lambang berikut ini :
(0)
tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
dengan mudah dapat
dipalpasi
(1)
tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
(2)
tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
(3)
tulang-tulang kepala jani saling tumpang tindih dan tidak dapat
Dipisahkan
d.
Pembukaan mulut rahim (serviks)
Dengan menggunakan metode yang dapat dinilai dan dicatat
pembukaan servik setiap 4 jam (lebigh sering melakukan jika ada tanda-tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan catat pada patograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda X harus dicantumkan di garis waktu
yang sesuai dengan laju besarnya pembukaan servik.
e.
Penurunan
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen atau luar) diatas simpisis pubis. Catat dengan tanda
lingkaran (o) pada setiap pemeriksaan dalam. Ada posisi 0/5, sinsiput (S) atau
paruh atas kepala berada diatas simpisis pubis.
f.
Waktu
Menyatakan berapa
jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
Diterima.
g.
Jam :Catat
jam sesudahnya.
h.
Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam sepuluh menit dan lamanya masing – masing kontraksi
dalam hitungan detik.
i.
Oksitosin
Bila memakai oksitosin,
catatlah banyaknya oksitosin pervolume cairan infuse dan dalam tetesan permenit
j.
Obat yang diberikan : Catat semua obat lain yang
diberikan
k.
Nadi : Catatlah setiap 30 – 60 menit dan tandai
dengan sebuah titik besar (
)
l.
Tekanan darah :Catatlah setiap 4 jam dan tandai
dengan anak panah (→)
m.
Suhu badan : Catat setiap 2 jam
n.
Protein, aseton dan volume urine : Catat lah
setiap ibu berkemih.
Bila temuan – temuan
melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan
penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.
C. DETEKSI DINI DAN KOMPLIKASI PADA NIFAS
1.
Deteksi dini pada masa nifas
Sebagian
besar kematian ibu pada periode pasca persalinan terjadi pada 6 jam pertama
setelah persalinan. Kematian ini disebabkan oleh infeks, perdarahan dan
eklampsia. Oleh karena itu, pemantauan selama 2 jam pertama postpartum sangat
penting.
Selama
kala IV, bidan harus meneruskan proses penatalaksanaan kebidanan yang telah
mereka lakukan selama kala I, II, dan III untuk memastikan bahwa ibu tersebut
tidak menemui masalah apapun. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 mingu.
Selama masa nifas
terjadi berbagai perubahan fisiologis yaitu:
a.
Perubahan fisik
b.
Involusi uteri dan pengeluaran lokhia
c.
Laktasi / pengeluaran ASI
d.
Perubahan system tubuh lainnya
e.
Perubahan psikis
Yang menjadi tujuan dari asuhan pada masa
nifas adalah :
a.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara
fisik maupun psikologis
b.
Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
c.
Memebrikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
d.
Memberikan pelayanan keluarga berencana
Ibu
yang berada dalam masa nifas memerlukan pengawasan dari bidan atau petugas
kesehatan. Karena masa nifas masih merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun
bayinya. Sehingga, pemantauannya yang melekat dari petugas harus tetap
dilakukan agar komplikasi pada masa ini dapat dicegah.
Saifuddin (2006) dalam bukunya yang
berjudul “buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal neonatal “
menyatakan bahwa, 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Sementara untuk
neonates, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan
dan 60 % kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk mencegah terjadinya komplikasi termasuk pada masa nifas. Upaya
tersebut dengan membuat program dan kebijakan teknis untuk dilaksanakan di unit
– unit pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Selama masa nifas, paling sedikit 4 kali
kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir.
Kunjungan tersebut untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah
yang terjadi. Emapt kali kunjungan tersebut setidaknya pada saat :
·
6 – 8 jam setelah persalinan ( Kunjungan I )
·
6 hari setelah persalinan ( kunjungan II )
·
2 minggu setelah persalinan ( kunjungan III )
·
6 minggu setelah persalinan ( kunjungan IV)
Tujuan
dari masing – masing kunjungan tersebut berbeda- beda. Di bawah ini diuraikan
mengenai tujuan dari tiap kunjungan tersebut.
1.
Tujuan kunjungan
6–8 jam setelah persalinan :
·
Mencegah perdarahan masa nifas yang disebabkan
oleh atonia uteri
·
merujuk jika perdarahan berlanjut
·
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga tentang bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena
atonia uteri
·
Pemberian ASI awal
·
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
·
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia
Bidan yang menolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu
dan bayi baru lahir sampai dengan 2 jam pertama setelah persalinan. Atau bidan
penolong persalinan harus tetap tinggal sampai dapat dipastikan bahwa keadaan
ibu maupun bayinya dalam keadaan stabil.
2.
Tujuan dari kunjungan 6 hari setelah persalinan
:
·
Memastikan bahwa involusi uterus berjalan dengan
normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak berbau
·
Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
·
Memastikan bahwa ibu mendapatkan cukup intake
makanan, cairan dan istirahat
·
Memastikan bahwa ibu menyusui dengan baik dan
tidak memeprlihatkan adanya tanda – tanda penyulit
·
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari –
hari.
3.
Tujuan dari kunjungan 2 minggu setelah
persalinan
·
Memastikan bahwa involusi uterus berjalan dengan
normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak berbau
·
Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
·
Memastikan bahwa ibu mendapatkan cukup intake
makanan, cairan dan istirahat
·
Memastikan bahwa ibu menyusui dengan baik dan
tidak memeprlihatkan adanya tanda – tanda penyulit
·
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari –
hari.
4.
Tujuan dari kunjungan ke empat ( 6 minggu
setelah persalinan ) adalah :
·
Menanyakan kepada ibu tentang penyulit –
penyulit yang dialami ibu dan bayi
·
Memberikan konseling untuk KB secara dini
Pengawasan yang baik yang dilakukan oleh
bidan atau petugas kesehatan dapat menentukan apakah masa nifas berlangsung
dengan normal atau tidak. Masa nifas normal ditandai dengan involusi uterus,
pengeluaran lokhea, pengeluaran ASI dan perubahan system tubuh, termsauk
keadaan psikologis tanpa adanya kelainan ataupun penyulit.
Bidan
perlu memperhatikan, jika deteksi atau ditemukan adanya keadaan gawat darurat
maupun penyulit pada ibu dan atau bayinya. Keadaan gawat darurat pada ibu
diantaranya adalah jika ibu mengalami perdarahan, kejang dan panas.
2.
Deteksi dini komplikasi masa nifas
Sebelum
bidan melakukan deteksi terhadap kelainan dan komplikasi masa nifas, ada
baiknya dibahas lagi sedikit mengenai masa nifas. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira – kira 6 minggu
(prawirohardjo,2002).
Masa nifas adalah masa segera setelah
kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya
kembali kekeadaan tidak hamil yang normal (cuningham, 1995).
Masa nifas (puerperium) adalah
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan
kembali seperti prahamil.
Perdarahan pervaginam
Pervaginam artinya lewat vagina (Doorland, 2005). Sering kali
dalam bidang kebidanan, istilah perdarahan pasca persalinan, diatikan sebagai
suatu perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml.
pengertian
ini mengandung beberapa hal yang perlu dibicarakan, sebagai berikut :
Kehilangan
darah yang diperkirakan, lazimnya tidak sebanyak yang terjadi, mungkin hanya
sebagian dari yang biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau
dengan urin. Disamping itu, darah juga tersebar pada spon, handuk, kain, dan
didalam ember dan lantai. Volume darah yang hilang bervariasi sesuai dengan
kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu yang kadar Hbnya normal, umunya dapat
menyesuaikan diri terhadap darah yang hilang. Hal seperti iu dapat juga
menyebabkan terjadinya anemia. Jadi, seorang ibu yang tidak memiliki anemia
dapat juga berakibat berbahaya akibat kehilangan darah tersebut.
Mengenai peristiwa perdarahan dapat
terjadi dengan lambat dengan jangka waktu beberapa jam. Keadaan seperti ini,
dapat saja tidak diketahui sampi terjadi syok.
Adapun
mengenai penilaian resiko pada saat antenatal, tidak dapat diperkirakan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Oleh karena itu, penanganan yang aktif
kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin hal ini dikarnakan
bahwa kondisi posisi tersebut dapat menaikan kejadian perdarahan pasca
persalinan sebagai akibat adanya Antonia uteri. Oleh kerena itu, semua ibu
pasca bersalin harus dipantau dengan serius untuk didiagnosis perdarahan pasca
persalinan.
a.
Infeksi pada masa nifas
Infeksi bisa terjadi setelah persalinan bila tidak ditangani
dengan hati-hati. Harus diwaspadai, karena infeksi dalam persalinan atau pada
masa nifas, sampai saat ini masih merupakan penyebab Angka Kematian Ibu tinggi.
Infeksi pada alat genital akibat komplikasi pada masa nifas.
Angka Kematian Ibu
disebabkan karena infeksi kemih, payudara, dan jaringan pasca pembedahan.
Seperti halnya gejala infeksi secara umum, yakni terdapatnya kondisi berupa
suhu badan panas, malaise, dan denyut nadi cepat. Gejala local dapat berupa
uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada waktu miksi/kencing atau adanya
disuria.
Infeksi pada dan melaui traktus genitalis setelah persainan
disebut infeksi nifas. Suhu 380 C atau lebih yang terjadi antara
hari ke 2 – 10 post partum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut
sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa
nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan sebab – sebab
ekstragenital.
Beberapa faktor
predisposisi :
·
Kuarng gizi atau malnutrisi
·
Anemia
·
Hygiene
·
Kelelahan
·
Proses persalinan bermasalah :
·
Partus lama / macet
·
Korioamnionitis
·
Persalinan traumatic
·
Kurang baiknya proses pencegahan infeksi
·
Manipulasi yang berlebihan
·
Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas
§ Sakit
kepala, penglihatan kabur dan nyeri epigastrik
Adanya gejala sakit
kepala, penglihatan kabur, dan nyeri epigastrik, merupakan tanda-tanda
terjadinya eklamsi post partum. Utamanya bila disertai dengan tekanan darah
tinggi. Disamping itu tanda-tanda tersebut dapat bertambah adanya pembengkakan
di wajah dan juga ekstremitars.
§ Demam
muntah dan rasa sakit waktu berkemih
Pada masa nifas dini, sebagai akibat terjadinya trauma ketika
persalinan dan juga analgesia epidural atau spinal, maka sensitifitas kandung
kemih terhadap tegangan air kemih didalam vesika urinaria menurun. Disamping
itu, sensasi peregangan kandung kemih dapat berkurang akibat rasa tidak nyaman,
yang disebabkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi dan hematoma pada dinding
vagina.
§ Payudara
menjadi merah panas dan sakit
Payudara yang tersa sakit dan berwarna merah disebabkan karena
payudara tidak disusui secara adekuat, sehingga putting susu mungkin saja
lecet. Disamping itu, bisa juga disebabkan karena diet ibu yang tidak sehat
atau kurang baik, bra yang terlalu ketat, ibu kelelahan karena kurang
istirahat, atau dapat juga karena anemia.
§ Nafsu
makan menurun dalam waktu lama
Keletihan berat setelah persalinan dapat menurunkan nafsu
makan. Oleh karena itu sebaiknya setelah bersalin, ibu diberi minum hangat,
susu, kopi, atau the yang manis. Karena gula dapat meningkatkan energy yang
menurun, makanan yang dibarikan haruslah makanan yang mudah dicerna karena alat
pencernaan perlu istirahat untuk memulihkan kondisi yang sehat segar kembali.
§ Kaki
membengkak sakit merah lunak
Kaki membengkak, sakit, berwarna merah dan melunak dikarenakan
selama masa nifas dapat terjadi thrombus. Trhombus sementara yang ringan
terjadi pada vena-vena manapun dipelvis yang mengalami dilatasi.
§ Kecemasan
karena merasa tidak mampu mengasuh bayinya
Rasa
takut dan kekecewaan secara emosional menyebabkan stress sedemikian rupa.
Keadaan ini sering kali dialami wanita hamil dan melahirkan, utamaya pada
kelahiran anak pertama. Ada rasa nyeri
pada awal masa nifas, rasa kelelahan
akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, rasa cemas
terhadap perawatan bayinya dirumah setelah pulang dari tempat bersalin, sering
kali menghantui ibu yang baru bersalin. Hal ini harus menjadi perhatian bidan
untuk dapat membesarkan hatinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. 2011. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). CV.Trans
Info Media: Jakarta
Bobak, Irene M dkk. 2005. Buku Ajar keperawatan Maternitas.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Prawirohardjo,
Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. PT.
Bina Pustaka: Jakarta
Saifuddin, Abdul
Bahri. 2009. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. PT. Bina Pustaka: Jakarta
Uprichard, Mery E dkk. 1999. Myles textbook for midwives. Churchill Livingstone.: New York
Wiknjosastro, gulardi H. 2007. Asuhan persalinan Normal. Revisi : Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)