A.
Memberikan asuhan pada bayi
segera setelah lahir
a.
Pemeliharaan pernapasan
Semua tenaga
kesehatan yang bekerja di kamar bersalin hendaknya terlatih mengenai teknik
penilaian dan resusitasi. Kalau faktor resiko meningkatkan kemungkinan kelahiran
bayi yang depresi, dokter anak yang terlatih mengenai resusitasi neonatal harus
dipanggil. Setelah kelahiran neonatus yang normal perhatian harus ditujukan
pada langkah-langkah penting berikut untuk memastikan adaptasi neonatal yang
optimal. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
1.
Membersihkan saluran napas
Penanganan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari
jalan lahir yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada
disekitar mulut dan hidung dengan kapas dan kain kasa steril. Kemudian kedua
kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kain kasa steril satu demi satu.
Dimulai dari luar kedalam. Sesudah bayi lahir segera dicatat dengan jam waktu (
stop – watch ). Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu tangan sedangkan tangan
yang lain memegang kepala bayi yang lebih rendah dengan sudut ± 300 dari
pada kaki dengan posisinya ekstensi sedikit untuk memungkinkan cairan atau
lendir mengalir keluar dari trakhea dan faring. Sementara itu seorang membantu
mengisap lendir dan cairan dengan alat pengisap lendir.( Sumarah, 2008).
Proses penurunan melalui jalan lahir menyebabkan kompresi
dinding dada mengakibatkan pembuangan cairan dari mulut dan hidung. Bila kepala
keluar dari vagina dokter harus menggunakan handuk atau kain kassa untuk
membuang sekresi dari faring lewat mulut. Penyedot lendir tidak boleh digunakan
untuk penyedotan hidung karena perangsangan hidung dapat menginisiasi hembusan
nafas dan dapat menyebabkan terjadinya bradikardi dan juga dapat menyebabkan
aspirasi mekonium.
Bayi normal akan
menangis dalam 30 detik. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun karena bayi
mulai bernafas spontan dan warna kulitnya kemerah-merahan. Kemudian bayi
diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau sedikit dibawah
introitus vagina. Bila mulut bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir,
pengisapan lendir diteruskan,mula-mula dari mulut,kemudian dari lubang hidung supaya
jalan nafas bebas dan bayi dapat bernafas sebaik-baiknya. Lambung bayi pun
perlu diisap untuk mencegah adanya inhalasi of the vomit. Apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai
berikut :
· Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat
· Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah kebelakang.
· Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus dengan kasa steril
· Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan
segera menangis.( Varney, 2004)
2.
Memastikan permulaan
pernapasan
Pernapasan biasanya dimulai beberapa detik
dari kelahiran tetapi mungkin tertunda selama 60 detik. Bila tak ada data
klinik untuk menunjukkan suatu kelainan (hipoksia- asidosis) yang terbaik
biasanya mngambil kebijaksanaan untuk menunggu dan memberi kesempatan kepada
bayi untuk bernapas secara spontan.
3.
Membuat saluran napas
Pada setiap bayi dengan kemungkinan
asfiksia yang tinggi maka penyedotan saluran nafas harus dimulai setelah
kelahiran kepala. Bayi yang mengalami sesak nafas biasanya mempunyai mekonium
yang terdapat dalam saluran nafas bagian atas yang harus dibersihkan dengan
keteter penyedot oral sebelum kelahiran bahu. Segera setelah kelahiran bayi
suatu pipa endotrakeal harus segera dimasukan untuk membuang lendir yang kental
atau mekonium dari trakea dan saluran nafas bagian atas.
4.
Memulai pernapasan
Setelah jalan napas dibuat, ventilasi kantung maskar atau
ventilasi lewat pipa endotrakeal harus diinisiasi untuk memberikan oksigen ke
paru-paru. Biasanya frekuensi denyut jantung meningkat dengan cepat setelah
apnea dikoreksi dan ventilasi kantong masker (Bag mask) berkala dengan oksigen
tambahan dapat diberikan hingga pernapasan spontan dimulai.(Saefudin, 2002)
Kekurangan zat
asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak oleh sebab itu
sangat penting membersihkan jalan napas sehingga bayi upaya bayi bernapas tidak
akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru).
·
Alat penghisap lendir mulut
(de lee) atau alat penghisap lainnya yang steril tabung oksigen dengan
selangnya harus telah siap ditempat.
·
Segera lakukan usaha
menghisap mulut dan hidung
·
Petugas harus memantau dan
mencatat usaha nafas yang pertama.
·
Warna kulit, adanya cairan
atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.
Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk
mewujudkan ventilasi yang adekuat. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya
melakukan pemompaan bila setelah satu menit bayi tidak bernapas.( Nelson, 2000)
b.
Perlindungan termal
Bayi baru lahir
belum dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih
tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit. Pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Bayi dengan
hipotermi sangat beririko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian.
Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak
segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relatif hangat.
Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain:
1. Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi atau cairan ketuban
pada tubuh bayi keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan
diatas perut ibu. Mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan
rangsangan taktil untuk memulai bayi memulai pernafasannya.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat
ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti
tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat kering dan bersih. Kain basah
didekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi.
Ganti handuk, selimut atau kain yang telah basah diganti dengan selimut atau
kain yang baru ( hangat, bersih dan kering )
3. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian
kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan
cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera
setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam
pertama kelahiran.
5. Cara menimbang dan memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat kehilangan panas tubuhnya ( terutama
jika tidak berpakaian ). Sebelum melakukan penimbangan selimut bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dihitung dari selisih
berat bayi saat berpakaian / diselimuti dikurangi berat kain / selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi pada jam pertama
setelah kelahiran dapat menyebabkan hipotermi yang sangat membahayakan
kesehatannya.
6. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Idealnya bayi yang baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang
sama dengan ibunya cara ini adalah cara paling mudah untuk menjaga bayi tetap
hangat.
Empat kemungkinan
mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir dapat kehilangan panas
tubuhnya, antara lain :
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi ( pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek
lain melalui kontak langsung ). Konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi
tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin dan menggunakan
stetoskop dingin
2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang
bergerak ( jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara ).
Konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir di
ruangan yang terpasang kipas angin
3. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai
suhu berbeda ). Contohnya yaitu membiarkan bayi dalam ruangan AC tanpa
diberikan pemanas, membiarkan bayi dalam
keadaan telanjang atau menidurkan bayi dengan ruangan dingin ( dekat tembok )
4. Evaporasi
Panas
hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan
udara ( perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap ). Evaporasi
ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara dan
aliran udara yang melewati. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 250
C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi yang
besarnya 200 kq/ BB. Sedangkan yang dibentuk hanya 1/10 saja.
Bayi dapat menciptakan panas dengan
3 cara :
1. Menggigil
Menggigil dilakukan apabila neonatus mempunyai suhu tubuh yang
berada dalam bawah normal sehingga untuk mengadaptasikan neonatus menggigil.
Hal ini juga dapat dijadikan tanda bahwa neonatus mengalami tanda bahaya.
2. Aktivitas otot fakultatif
Aktivitas otot dapat menghasilkan panas tetapi terbatas pada
bayi dengan kekuatan otot yang cukup untuk berada pada posisi yang udah
digerakkan.
3. Non shivering thermogenesis
Non
shivering thermogenesis mengacu pada pemanfaatan lemak coklat (brown fat) untuk
produksi panas.
Neonatus memiliki jaringan adipose
coklat yang membantu metabolisme sumber panas disebut asam lemak bebas dan
gliserol dengan cepat saat terjadi stress akibat dingin. Mekanisme ini disebut
pembentukan panas tanpa menggigil / non shivering thermogenesis ( Dawkins &
Hull, 1964). Sebagian besar produksi panas bayi berasal dari metabolisme lemak
coklat. Istilah lemak coklat mengacu pada lemak yang berwarna merah kecoklatan disebabkan
oleh tingginya vaskularisasi di jaringan tersebut. Lemak kecoklatan disimpan di
lipatan di seluruh tubuh bayi. Sebagian besar lemak coklat disimpan di sekitar
leher, sepanjang garis columna spinalis diantara scapula yang melintas garis
clavikula dan menuju sternum. Lemak tersebut juga mengelilingi pembuluh
toraksik mayor dan membantali ginjal (Hold Srovt, 1980).
c.
Evaluasi nilai APGAR
Skor
Apgar atau nilai Apgar ( Apgar score) adalah sebuah metode
yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai
sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat
setelah kelahiran.
Penilaian keadaan
umum bayi dinilai satu menit setelah bayi lahir dengan menggunakan APGAR.
Penilaian ini perlu untuk menilai bayi apakah asfiksia atau tidak, adapun
penilaian meliputi penilaian jantung, asuhan napas, tonus otot, warna kulit dan
reaksi terhadap rangsangan.
Penilaian
|
Nilai
= 0
|
Nilai
= 1
|
Nilai
= 2
|
Jumlah
NA
|
Warna
kulit
|
pucat
|
Badan
merah, ekstremitas biru
|
Seluruh
tubuh kemerah – merahan
|
|
Frekuensi
nadi
|
Tidak
ada
|
Kurang
dari 100
|
Lebih
dari 100
|
|
Reaksi
rangsangan
|
Tidak
ada
|
Sedikit
gerakan mimik
|
Batuk
/ bersin
|
|
Tonus
otot
|
Tidak
ada
|
Ekstremitas
dalam sedikit fleksi
|
Gerakan
aktif
|
|
Pernafasan
|
Tidak
ada
|
Lemah
/ tidak teratur
|
Baik
/ menangis
|
|
d.
Resusitasi
Pada asfiksia
ringan apnea merupakan gejala klinik utama. Pada kasus-kasus yang berat bayi
baru lahir tampak lunglai dan pucat dengan tekanan darah rendah dan denyut
jantung lambat.
Tujuan resusitasi menurut Myles (2009) yaitu :
1. Menetapkan dan mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan
ventilasi dan oksigenasi.
2. Memastikan sirkulasi efektif.
3. Mengoreksi asidosis
4. Mencegah hipotermia, hipoglikemia dan perdarahan
Pada kebanyakan
pelayanan kesehatan menetapkan kebijaksanaan baku untuk menghisap faring segera
setelah muka menyembul keluar dengan memakai masker isap atau ekstrafaktor
mucus. Hal ini hamper tidak diperlukan lagi kecuali cairan amnion tercemar
dengan mekonium atau darah. Bayi dapat dirangsang untuk bernapas dengan
stimulasi kulit misalnya sentilan kaki. Untuk bayi yang tidak segera bernapas
pada periode ini harus segera diberikan pertolongan resusitasi. Pertama – tama
periksa upaya napas. Bila ada dan barang kali dengan gerak berlebihan tetapi
tidak timbul perubahan tidal, maka ini nerarti ada sumbatan jalan napas dan ini
bisa diatasi dengan ekstensi leher bayi. Tetapi bila ada sumbatan akan
berlanjut sampai dipasang pipa jalan napas. Jika upaya napas lemah atau tidak
ada sama sekali hitung denyut jantung 10 – 15 detik dengan stetoskop. Bila
denyut jantung lebih dari 80 x permenit, ulangi stimulasi kulit jika gagal
lakukan resusitasi dengan sungkup muka. Inflasi paru bayi dilakukan dengan laju
kira – kira 30 permenit 1 daur = 1 detik. Jika denyut jantung turun dibawah 80
per menit segera lakukan intubasi trakeal.
e.
Pemotongan tali pusat
Pemotongan dan
pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi.
Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi
normal sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat
mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik – bainya.
1. Cara memotong tali pusat
·
Tali pusat dipotong sebelum
dan sesudah placenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi
bayi kecuali pada bayi kurang bulan
·
Bila bayi lahir tidak
menangis maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan
resusitasi pada bayi
·
Tali pusat dipotong 5 cm
dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril
·
Apabila masih ada terjadi
perdarahan dapat dibuatkan ikatan baru
·
Luka tali pusat dibersihkan
dan dirawat dengan alcohol 70 % atau povion iodine 10 % serta dibalut kasa
steril
·
Pembalut tersebut diganti
setiap hari atau setiap kali basah atau kotor
·
Sebelum memotong tali pusat
pastikan bahwa tali pusat telah di klem dengan baik untuk mencegah terjadi
perdarahan
·
Membungkus ujung potongan
tali pusat
·
Alat pengikat tali pusat /
klem / gunting harus selalu siap
·
Pantau kemungkinan
terjadinya perdarahan tali pusat
2. Memberi obat tetes mata / salaf mata
·
Peralatan untuk perawatan
mata harus dipersiapkan di ruang penerimaan / persalinan, ruang rawat bayi
termasuk :
-
Obat – obatan seperti
eritromycin 0,5 % atau tetracyvlin 1 %
-
Perlengakapan berisi alat
tetes mata, gelas obat kecil steril dan kapas
-
Cairan NaCl untuk irigasi
mata hendaknya secara rutin memantau perubahan warna cairan obat, bila terjadi
perubahan tidak dapat digunakan lagi
-
Petugas hendaknya melihat
adanya Kristal yang timbul dalam cairan penetes bila suhu ruangan melebihi 340
C
f.
Adaptasi fisiologi bayi baru
lahir terhadap kehidupan diluar uterus
Penelitian
menunjukan bahwa 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu di
bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat
akan menyebabkan kelainan – kelainan mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan
kematian. Sebagai contoh bayi yang mengalami hipotermi akan menyebabkan
hipoglikemia dan dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal yang
tebaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonates sebagai
individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal merupakan
periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Transisi dari
kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan luar kandungan merupakan perubahan
drastis dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi
guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Adaptasi bayi terhadap kehidupan
diluar kandungan meliputi :
1. Awal pernapasan
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat
dilingkungan rahim ke dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri.
Bayi harus dapat melakukan transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai
hal ini serangkaian fungsi adaptif dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan
drastis dari lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan diluar kandungan
(Myles, 2009).
2. Adaptasi paru
Hingga saat lahir tiba janin bergantung pada pertukaran
gas daerah maternal melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan
placenta yang tiba-tiba setelah pelahiran adaptasi yang sangat cepat terjadi
untuk memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan
dan menyebabkan paru matang menghasilkan surfaktan dan mempunyai alveolus yang
memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang
diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran cairan ini meninggalkan
paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung
atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limfa paru dan
menuju duktus toraksis (Myles, 2009).
3. Adaptasi kardiovaskular
Sebelum lahir janin hanya bergantung pada placenta untuk
semua pertukaran gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta
pada saat lahir sistem sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna
mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk
direoksigenasi. Hal ini melibatkan beberapa mekanisme yang dipengaruhi oleh
penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vaskular
paru.
Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung
dialirkan menuju paru melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurunan
resistensi vaskular paru hampir semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah
yang berisi oksigen menuju kejantung dari paru meningkatkan tekanan di dalam
atrium kiri. Pada saat yang hampir bersamaan tekanan di atrium kanan berkurang
karena darah berhenti mengalir melewati tali pusat. Akibatnya, terjadi
penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari pertama kehidupan penutupan
ini bersifat reversibel, pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi
vaskular paru tinggi misalnya saat menangis yang menyebabkan serangan sianotik
sementara pada bayi. Septum biasanya menyatu pada tahun pertama kehidupan dengan
membentuk septum intra atrial meskipun pada sebagian individu penutupan anatomi
yang sempurna tidak pernah terjadi.
4. Adaptasi suhu
Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat
pelahiran dengan suhu kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam
kandungan yaitu 37,7°C. Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan
amnion menguap dari kulit. Setiap ml penguapan tersebut memindahkan 560 kalori
panas. Perbandingan antara area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas menyebabkan
kehilangan panas khususnya dari kepala yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan
lemak subkutan tipis dan memberikan insulasi tubuh yang buruk yang berakibat
cepatnya perpindahan panas inti ke kulit kemudian lingkungan dan juga mempengaruhi
pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui penguapan, kehilangan panas
melalui konduksi saat bayi terpajang dengan permukaan dingin dan melalui
konveksi yang disebabkan oleh aliran udara dingin pada permukaan tubuh.
g.
Bounding attachment
Secara harfiah
kata Bounding dapat diartikan sebagai ikatan dan attachment adalah sentuhan. Attachment
adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari
orang tua terhadap anaknya dan memberi dukungan asuhan dalam perawatannya. Bounding
adalah masa sensitive pada menit pertama dan beberapa jam setelah dan kelahiran
dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi
optimal.
Selain pengertian tersebut bounding attachment dapat di artikan
pula sebagai berikut :
1. Bounding attachment adalah interaksi orang tua dan bayi
secara nyata baik fisik, emosi dan sensorik pada menit – menit dan jam – jam
pertama segara setalah bayi lahir, ( Klause dan Kennel,1983 ).
2. Bounding menurut Nelson ( 1986 ) adalah dimulainya interaksi emosi
sensorik fisik antara ornag tua dan bayi segera setelah lahir, sedangkan
Attachment adalah ikatan yang terjalin diantara individu meliputi pencurahan
perhatian, hubunngan emosi dan fisik yang akrab.
3. Menurut Bennet dan Brown (
1999 ) pengertian Bounding adalah terjadinya hubungan orang tua dan bayi sejak
awal kehidupan, sedangkan attachment adalah pencurahan kasih sayang diantara
individu.
4. Bounding Attachment adalah permulaan saling mengikat antara
orang-orang seperti antara orang tua dan anak pad pertemuan pertama, (
Brozelton dalam Bobak, 1995 ).
5. Parmi ( 2000 ) mendefinisikan sebagai suatu usaha untuk memberikan
kasih sayang dan suatu proses yang saling menrespon antara orang tua dan bayi
lahir.
6. Menurut Perry ( 2002 ) Bounding adalah proses pembentukan
attachment atau bangunan ikatan, dan Attachment adalah suatu ikatan khusus yang
dikarakteristikkan denga kualitas – kualitas khusus yang terbentuk dalam
hubungan orang tua dan bayi.
7. Bounding Attachment yaitu suatu peningkatan hubungan kasih sayang
dengan keterkaitan batin antara oranng tua dan bayi, ( subroto Cit Lestari,
2002 ).
Tahap –
tahap bounding attachment :
1. Perkenalan
Sentuhan, mengajak bicara
dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya
2. Ketertarikan
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu
lain
Kesuksesan bounding dan attachment
antara ibu dan anak selama periode awal masa anak ( usia 0 – 3 ), merupakan
dasar untuk terbentuknya hubungan yang sehat bagi anak dalam kehidupan selanjutnya.
Bagi anak usia 0 – 6 bulan, kurang interaksi dengan ibunya dalam pembentukan
ikatan akan menimbulkan penyimpangan pola perilaku seperti : menarik diri,
menyakiti diri sendiri atau orang lain dan sebagainya. Jika keadaan ini tidak
segera diatasi, maka akan memunculkan problem – problem perilaku pada tahap
perkembangan selanjutkan. Menurut Steel dan Pollack : Dalam proses terdapat dua
komponen yang mempengaruhi fungsi keibuan, dua komponen tersebut adalah :
1. Keterampilan kognitif – motorik meliputi aktivitas perawatan anak
seperti menyusui, menggendong, mengganti pakaian, memandikan dan melindungi
dari bahaya.
2. Keterampilan afektif meliputi perilaku – perilaku kelembutan,
perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan anak disini emosional ibu memegang peranan
yang sangat besar. Kedua komponen tersebut berpengaruh terhadap penyediaan
lingkungan, dimana kebiasaan terhadap perawatan anak dipraktekkan.
Respon
– respon berikut merupakan respon yang terjadi antara ibu dan bayi sejak
terjadi kontak awal hingga tahap perkembangan selanjutnya, yaitu :
1. Touch ( sentuhan )
Sebuah penelitian menunjukan bahwa dalam kontak pertama antara
ibu dan bayinya terjadi perilaku menyentuuh tanpa kecuali pada ibu muda atau
tua, primipara atau multipara, menikah atau tidak. Ibu memulai dengan sebuah
ujung jarinya memeriksa bagian kepala dan ekstermitas bayinya. Dalam waktu
singkat secara terbuka perabaan digunakan untuk membelai tubuh, dan mungkin
bayi akan dipeluk dilengan ibu, gerakan dilanjutkan sebagai usapan lembut untuk
menenangkan bayi, bayi akan merapat pada payudara ibu, menggenggam satu jari
atau seuntai ranbut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
2. Eye to eye contact ( kontak mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakkukan kemudian dengan
segera sebagian ibu berpendapat bahwa sesuatu dari bayinya terdapat kemiripan
dengan dirinya dan mereka sangat dekat sekali. Kontak mata mempunyai efek yang
erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor
yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya
3. Odor ( bau badan )
Perilaku lain antara ibu dan bayi yang sangat responsive adalah
bau badan masing – masing diantara mereka. Para ibu berpendapat
terhadap bau badan bayi saat lahir dan dicatat bahwa tiap anak mempunyai bau
badan berasal darinya. Hal ini terjadi lebih awal dimana bayi belajar secara
cepat untuk mengenal bau badan ibunya dari dari air susu ibunya sendiri.
4. Body warm ( kehangatan tubuh )
Ibu dan bayi tampak menikmati saat saling berbagi kehangatan
tubuh masing-masing. Peneliti telah membutikan bahwa bayi tidak kehilangan
panas tubuhnya jika perlindungan yang layak diberikan misalnya jika di
keletakkan diatas perut ibunya setelah lahir dan di keringkan segera. Bayi
tampak nyaman bersentuhan dengan kehangatan tubuh ibunya.
5. Voice ( suara )
Hal lain yang menarik perhatian adalah respon antara ibu – bayi
yang berupa suara masing – masing. Yang dinantikan orang tua adalah tangisan
pertama bayi. Dari tangisan tersebut ibu menjadi tenang karena merasa bayinya
baik-baik saja ( hidup ), dan selanjutnya dapat memulai tingkah laku mengenali
suara masing – masing. Bayi akan terjaga saat orang tua berbicara dengan
suara yang tinggi dan menoleh kearah mereka.
6. Entrainment ( logat )
Bayi yang baru lahir menemukan perubahan structur pembicaraan
dari orang dewasa ( Condon dan Sander, 1974 ). Artinya bahwa bayi sudah
berkembang yang ditentukan secara kultur dalam berbicara jauh sebelum ia
menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu
yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara ( logat ).
7. Biorhythmicity ( irama kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan
irama alamiah bayinya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugasnya
setelah lahir, sehingga dicatat lebih awal adalah untuk menyatakan irama
dirinya sendiri. Orang tua dapat mambantu proses ini dengan memberikan
perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda
keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta
kesempatan untuk belajar.
h.
Pemberian ASI awal
Seringkali kita
menemukan fakta bahwa setelah seorang ibu melahirkan dia tidak langsung
menyusui bayinya entah karena alasan pihak penolong (bidan/dokter/ perawat/
ketentuan RS) supaya ibunya dibiarkan istirahat terlebih dahulu, ataupun dari
ibu sendiri yang kurang memiliki motivasi kuat untuk segera menyusui bayinya.
Padahal selama 20-30 menit pertama setelah kelahiran bisa disebut Golden period
bagi ibu juga terutama bagi sang bayi.
Bayi normal
disusui segera setalah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu atau dua menit
pada setiap payudara ibu. Dengan adanya reflex sucking (mengisap) pada bayi
menyebabkan terjadi perangsangan terhadap pembentuka air susu ibu yang secara
tidak langsung rangsangan isap membantu mempercepat pengecilan uterus. Walaupun
air susu ibu yang berupa kolostrum itu hanya dapat diisap beberapa tetes ini
sudah cukup untuk kebutuhan bayi dalam hari-hari pertama. Kadang-kadang ibu
keberatan untuk menyusui bayinya dengan alasan asi belum keluar. Dalam hal ini
ibu harus diberi penjelasan sebaik-baiknya tentang maksud dan tujuan pemberian
ASI sedini mungkin. Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusu selama 10 menit
pada mammae ibu dengan jarak waktu tiap 3 menit. Apabila diantara waktu itu
bayi menangis karena lapar, ia boleh disusui pada satu mamma secara bergantian.
Dengan demikian kebutuhan on demand dapat dipenuhi, hal ini dapat dilaksanakan
bila bayi dirawat bersama ibunya. Bayi yang pada permulaan minum on demand,
pada minggu-minggu berikutnya sudah dapar dipenuhi kebutuhannya dengan minum
setiap 3-4 jam.
Pemberian
ASI harus dianjurkan pada ibu yang melahirkan karena :
1. ASI yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa antibodi yang
dapat mencegah infeksi pada bayi. ASI diperkirakan dapat mengirimkan limfosit
ibu ke dinding usus bayi dan memulai proses imunologik sehingga memberikan
imunitas pasif pada bayi terhadap penyakit infeksi tertentu hingga mekanisme
itu sepenuhnya berfungsi setelah 3 sampai 4 bulan.
2. Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis.
3. Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap
baik untuk pertumbuhan serta tidak mungkin menyebabkan kegemukan.
4. Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat
sedikit.
5. Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk
mengeratkan hubungan ibu dan bayi, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan
bayi yang normal terutama pada bulan-nulan pertama kehidupannya.
6. Menyusui mempercepat involusi uterus karena pengisapan puting susu
akan merangsang pelepasan oksitosin sehingga menyebabkan peningkatan kontraksi
uterus.
B. Pendokumentasian hasil asuhan persalinan
Dokumentasi asuhan kebidanan
adalah bentuk pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat/ bidan dalam
melakukan catatan yang berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim
kesehatan. Sedangkan pendokumentasian merupakan tindakan membuat pencatatan
sebagai bukti otentik yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Pendokumentasian yang benar
adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang akan dan telah di lakukan pada
seorang pasien di dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistemmatis
dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Teknik pendokumentasian
manajemen kebidanan, antara lain :
1.
Mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan pada
ibu bersalin adalah biodata, data demografi, riwayat kesehatan, riwayat
mentruasi, riwayat obstetric dan ginekologi, masa nifas dan laktasi, riwatat
biopsikososialspiritual, pengetahuan, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan khusus
dan penunjang sepert lab, radiologi dan USG.
2.
Interpretasi data dasar
Tahap ini dilakukan dengan
melakukan interprestasi data dasar tehadap kemungkinan diagnosis yang akan
ditegakkan dalam batas diagnosis kebidanan intranatal.
Contoh : G2P1A0 hamil 39 minggu. Inpartu kala I fase aktif. Masalah :
wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan atau takut menghadapi persalinan.
3.
Identifikasi diagnosis dan masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosis
atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan Diagnosis atau
masalah yang sudah diiidentifikasi.
Sebagai contoh : ibu F MRS diruang
bersalin dengan pemuaian uterus yang
berlebihan, bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus
yang berlebihan seperti adanya hidramnion, makrosomi, kehamilan ganda, sehingga
diagnosis dan masalah potensial dapat teridentifikasi sekaligus mempersiapkan
penanganannya.
4.
Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Langkah ini dilakukan
untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi serta kolaborasi dengan tim
kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Sebagai contoh : ditemukan adanya
perdarahan antepartum, adanya distosia bahu atau bayi dengan APGAR skor rendah.
Maka tindakan segera yang dilakukan adalah tindakan sesuai dengan standar
profesi bidan dan apabila perlu tindakan kolaboratif seperti adanya preeklamsia
berat maka harus segera dikolaborasi dengan dokter specialis obgin.
5.
Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan
menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya.
Rencana asuhan yang
dilakukan secara menyeluruh adalah berdasarkan hasil identifikasi masalah dan
diagnosis serta dari kebutuhan pasien. Secara umum rencanan asuhan yang
menyeluruh pada tahap intranatal adalah sebagai berikut :
a)
Kala I (dimulai dari his persalinan yang
pertama sampai pembukaan servik menjadi lengkap)
·
Bantulah ibu dalam masa persalinan jika ia
tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan. Caranya memberikan dukungan dan
motivasi dan berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalianan dan
dengarkan keluhannya, dan kemudian cobalah untuk lebih sensitive terhadap
perasaannya.
·
Jika ibu tampak merasa sakit, dukungan
atau asuhan yang dapat diberikan adalah dengan melakukan perubahan posisi,yaitu
posisi sesuai keinginan ibu
·
Penolong tetap menjaga privasi ibu dalam
persalianan dengan cara menggunakan penutup atau tirai dan tidak menghadirkan
orang lain tanpa sepengetahuan atau seizin ibu.
·
Menjelaskan kemajuan persalianan dan
perubahan yang terjadi secara procedural yang akan dilaksanakan dan hasil
pemeriksaan.
·
Memperbolehkan ibu untuk mandi dan
membasuh sekitar kemaluannyasetelah buang air besar atau kecil
·
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan
banyak mengeluarkan keringat, maka gunakan kipas angin dan menganjurkan ibu
untuk mandi sebelumnya.
·
Untuk memenuhi kebutuhan cairan ibu dan
mencegh dehidrasi, berikan cukup minum
·
Sarankan ibu untuk buang air kecil
sesering mungkin
·
Lakukan pemantauan TTV, denyut jantung
janin, kontraksi, dan pembukaan servik. Sedangkan pemeriksaan dalam sebaiknya
dilakukan selama 4 jam sebelum kala I pada persalinan, dan kemudian
dokumentasikan hasil temuan pada partograf
b)
Kala II (dimulai dari pembukaan lengkap
sampai lahirnya bayi)
·
Memberikan dukungan terus menerus kepada
ibu dengan mendampingi ibu agar merasa nyaman dengan menawarkan minum atau
memijat
·
Menjaga kebersihan ibu agar terhindar dari
infeksi. Bila terdapat darah lender atau cairan ketuban segera dibersihkan.
·
Memberikan dukungan mental untuk
mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara menjaga privasi ibu.
·
Mengatur posisi ibu dan membimbing
mengejan dengan posisi berikut : jongkok, menugging, tidur miring, dan setenga
duduk
·
Mengatur posisi agar rasa nyeri berkurang,
mudah mengejan, menjaga kandung kemih tetap kosong, menganjurkan berkemih
sesering mungkin, memberikan cukup minum untuk memberi tenaga dan mecegah
dehidrasi
c)
Kala III ( dimulai dari lahirnya bayi
sampai lahirnya plasenta)
·
Melaksanakan manajemen aktif kala III
·
Jika menggunakan manajemen aktif dan
plasenta belum lahir juga dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit.
·
Jika menggunakan manajemen aktif dan
plasenta belum lahir juga dalam waktu 15 menit, periksa kandung kemih dan
lakukan kateterisasi, periksa adanya tanda pelepasan plasenta, berikan
oksitosin 10 unit dosis ketiga dan periksa suhu dengan seksama dan jahit semua
robekan pada servik dan vagina kemudian perbaiki episiottomi/
d)
Kala IV ( mulai plasenta lahir sampai satu
jam)
·
Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada
jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat
masase uterus sampai menjadi keras
·
Periksa TTV, kandung kemih, dan perdaraha
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
·
Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah
dehidrasi
·
Bersikan perineum ibu dan kenakan pakaian
yang bersih dan kering
·
Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada
posisi yang nyaman, biarkan bayi dengan ibu untuk meningkatkan hubungan bayi
dengan ibu.
·
Melaksanakan perencanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman yang
dibatasi oleh standart asuhan kebidanan pada masa intranatal
·
Evaluasi. Mengevaluasi keefektifan asuhan
yang sudah diberikan. Evaluasi pada masa intanatal dapat digunakan SOAP sebagai
berikut.
S : data subjektif
Berisi data dari pasien anamnesis yang merupakan ungkapan kangsung
O : data objektif
Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik selama
masa intranatal.
A : analisis dan interprestasi
Berdasarkan data yang terkumpul dan dibuat kesimpulan yamg meliputi
diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya
tindakan segera
P : perencanaan
Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk
tindak lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar