PRINSIP DETEKSI
KELAINAN/KOMPLIKASI YANG TERJADI PADA KEHAMILAN,
PERSALINAN, DAN NIFAS
A. PEMERIKSAAN KEHAMILAN
DINI
Konsep dasar pemeriksaan dini merupakan
hal pokok yang harus diketahui seorang bidan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa semenjak seorang wanita merasa dirinya hamil, harus segera
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Beberapa wanita pada awal kehamilannya
berjalan normal tetapi cenderung berkembang menjadi komplikasi yang berisiko
dan atau telah memiliki risiko sejak awal kehamilan. Pemeriksaan dini
diperlukan untuk mendeteksi faktor risiko. Bidan professional harus dapat
melakukan manajemen kebidanan tepat dan benar.
Yang dimaksud dengan pemeriksaan kehamilan
dini adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang wanita untuk pertama kali
ketika menyadari dirinya hamil dengan tujuan dilakukannya pemeriksaan kehamilan
secara dini adalah untuk mengetahui apakah wanita tersebut benar – benar hamil,
untuk menentukan usia kehamilan, melakukan deteksi adanya faktor – faktor
risiko dan komplikasi pada kehamilan, perencanaan penyuluhan dan pengobatan
yang diperlukan, kemudian melakukan rujukan dan kolaborasi bila kehamilan
mengalami komplikasi dan faktor risiko yang memungkinkan komplikasi terjadi.
Pembagian klien adalah klasiikasi
penilaian deteksi dini :
a. Klien
dengan kehamilan normal adalah seorang ibu yang sedang hamil dan kehamilan
dilalui dengan sehat dan tidak ada komplikasi
b. Seorang
ibu hamil atau klien dikatakan mengalami kehamilan bermasalah jika dalam kehamilannya,
klien mengalami masalah, tetapi dengan bimbingan khusus dan pengawasan, masalah
yang dihadapi dapat diatasi seperti masalah keluarga, psikologi, kekerasan
dalam rumah tangga dan financial.
c. Seroang
ibu atau klien dengan kehamilan risiko tinggi adalah klien yang membutuhkan
rujukan yangc epat ke rumah sakit untuk perawatan khusus dan tau pemeriksaan.
Prinsip deteksi dini terhadap faktor
risiko kehamilan sangat diperlukan, walaupun secara evidence based dikatakan
menurut beberapa penelitian yang dilakukan, bahwa semua wanita selam kurun
reproduksi, terutama saat hamil selalu diwaspadai mengalami risiko, walau kita
ketahui bahwa kehamilan adalah sifatnya fisiologis artinya semua wanita yang
sehat dan telah menikah akan mengalami
proses kehamilan.
Kehamilan dikatakan fisiologi dan tetap
harus waspada karena kehamilan berisiko jatuh kekeadaan yang membahayakan baik
terhadap diri si ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya.
Faktor – faktor risiko ada yang
berhubungan dengan kehamilan saat ini dan juga faktor diluar kehamilan. Faktor
– faktor yang harus diwaspadai dan berhubungan dengan kehamilan saat ini
diantaranya :
a. Perdarahan
pervaginam
b. Hipertensi
dimana terjadi kenaikan systole 30 mmHg, diastole 15 mmHg
c. Kenaikan
berat badan ( BB ) > 13 kg atau < 9 kg selama kehamilan atau kenaikan
berat badan < 1/2 kg / minggu pada triwulan akhir kehamilan
d. Odema
( terutama bengkak pada wajah dan kelopak mata )
e. Pusing
dan penglihatan berkunang – kunang
f. Kehamilan
ganda
g. Kematian
janin dalam kandungan
h. Usia
kehamilan < 37 minggu atau > 42 minggu
i. Ibu
hamil dengan penyakit menahun
j. Primigravida
dengan kepala belum turun / masuk pintu atas panggul pada akhir kehamilan
k. Proteinuria
: protein dalam urin positif 2 ( ++ )
l. Muntah
berlebihan
m. Riwayat
kehamilan
n. Persalinan
dan nifas yang lalu banyak penyulit
Faktor – faktor diluar kehamilan yang
harus diwaspadai antara lain
a. Usia
ibu < 20 tahun atau 35 tahun
b. Pendidikan
ibu rendah khususnya pengetahuan tentang kesehatan kurang
c. Tinggi
badan ibu < 145 cm
d. Sosial
ekonomi keluarga rendah
e. Paritas
> 5
f. Ibu
mengidap penyakit infeksi menahun
g. Jarak
antara 2 kehamilan kuang dari 2 tahun
h. Riwayat
kematian janin / bayi / anak lebih dari satu
i. Persalinan
preterm
Deteksi dini tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan skrining dengan melakukan antenatal care ( ANC ) secara
teratur ke tempat yang memiliki kemampuan dan secara aspek legal boleh
melakukan praktek antara lain : dokter ahli kandungan, bidan desa, bidan
praktik swasta, puskesmas, dan rumah sakit
Keuntungan skrining ANC untuk menilai
faktor risiko kehamilan adalah
a. Memungkinkan
untuk mengidentifiksi masalah potensial selama kehamilan
b. Evaluasi
kebutuhan konseling untuk kehamilan
c. Mengurangi
ketakutan terhadap masalah dan prosedur yang mungkin dibutuhkan
d. Membantu
untuk membangun komunikasi dan rasa percaya terhadap pelayanan yang dilakukan
di awal kunjungan
e. Memungkinkan
mengubah diagnose melalui proses monitoring kehamilan yaitu kesejahteraan
fisik, psikologi dan emosional ibu dan janin
f. Melakukan
rujukan ke tenaga professional sesuai masalah dan komplikasi
g. Memungkinkan
rujukan pasangan untuk konsleing genetika
Beberapa tanda bahaya yang harus bidan
maupun ibu dan keluarganya ketahui dan ini harus diinformasikan antara lain :
a. Perdarahan
pervaginam
b. Sakit
kepala lebih dari biasa
c. Gangguan
penglihatan
d. Pembengkakan
pada wajah / tangan
e. Nyeri
abdomen ( epigastrik )
f. Janin
tidak bergerak sebanyak biasanya atau pergerakan janin < 10 dalam 12 jam
Untuk pemeriksaan kehamilan dini (early
ANC detection), perlu diperhatikan pekerjaan sebagai berikut:
a.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi
b.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
bayi
c.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan
d.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin, dan
e.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif
1.
Kontak dini trimester I
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4 kali selamakehamilan.1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada
triwulanke 2, dan 2 kali pada triwulan ke 3.
Kunjungan pertama wanita baik
kepusat pemberian perawatan kesehatan atau ke klinik obsetri penting untuk
menentukan kelanjutan perawatanya, wanita harus measa penting dan diterima.
Pada kunjungan pertama diagnosis
kehamilan dapat ditegakkan dan data dasar ditetapkan tergantung kepada usia gestasi.
Kehamilan terlalu dini dan tidak dapat
diperiksa, maka kunjungan berikutnya dijadwalkan dalam dua minggu. Kehamilan
berlangsung selama Sembilan bulan menurut penanggalan internasional, 10 bulan,
menurut penanggalan lunar, atau sekitar 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi
tiga periode, tiga bulanan atau trimester.
Trimester pertama adalah periode
minggu pertama sampai minggu ketiga belas, trimester kedua adalah periode
minggu ke 14-26, sedang trimester tiga minggu ke 27-kehamilan cukup bulan (38-40
minggu).
Setelah
kehamilan didiagnosis, perawatan prenatal dilakukan. Asuhan keperawatan
mengikuti proses keperawatan :
·
Pengkajian
·
Analisis dan penegakan diagnose keperawatan
·
Perencanaan
·
Implementasi
·
Evaluasi
Pada kunjungan pertama atau pada
trimester I tanda bahaya yang diwaspadai adalah
a. Anemia
b. Penyakit
keturunan
c. Infeksi
dan degenerative
d. Perdarahan
( abortus, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa )
e. Hiperemisis
gravidarum
f. Kelaianan
genetic janin ( jika memiliki riwayat atau risiko )
Pada kunjungan ulang atau trimester ke II yang harus
diwaspadai tentang kejadian atau tanda bahaya :
a. Perdarahan
b. Preeklampsi
atau eklampsi
c. Gangguan
pertumbuhan janin
Pada kunjungan ulang trimester III
tanda bahayanya adalah :
a. Adanya
kehamilan ganda
b. Ibu
mengalami perdarahan ( palsenta previa atau solution placenta )
Kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
1) Satu
kali pada trimester pertama
2) Satu
kali pada trimester kedua
3) Dua
kali pada trimester ketiga
2. Pelayanan
ANC berdasarkan kebutuhan individu
Pelayanan atau asuhan ANC
berdasarkan kebutuhan atau keperluan individu. Dalam hal ini perlu diperhatikan
adalah urutan seperti berikut :
a. Timbang
berat badan
b. Tekanan
darah
c. Tinggi
fundus uteri
d. Tetanus
toxoid TT lengkap
e. Tablet
besi
f. Tes
terhadap penyakit menular seksual ( PMS )
g. Temu
wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan antenatal care dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang profesional dibidangnya sesuai dengan bidang ilmu
yang dipelajari / digelutinya artinya pelayanan diberikan sesuai dengan
kemampuan tenaga kesehatan seperti ahli kandungan dan bidan yang telah
mempunyai aspek legal untuk memberikan pelayanan ( Surat Izin Praktek ).
Pada saat bidan berhadapan dengan
seorang wanita dalam masa hamil setidaknya empat kali melakukan kunjungan seperti
yang dijelaskan di atas. Disini bidan harus paham bahwa setiap individu
mempunyai kebutuhan yang berbeda, artinya kita tidak boleh menyamakan semua
klien yang kita hadapi. Dalam hal ini bukan bentuk pelayanan dan perlakuannya akan
tetapi dari segi psikologis yang mana setiap orang mempunyai perbedaan, maka
dari itu perkembangan psikologi seseorang wanita harus dikuasai oleh seorang
bidan jika telah yakin akan melakukan praktek mandiri.
Selain faktor psikologi yang harus
diketahui, juga setiap perkembangan dalam tiap trimester harus bidan perhatikan
artinya setiap tahap trimester tentu kebutuhan layanan berbeda, sebagai contoh
seorang wanita hamil pada trimester pertama seringkali mengalami mengidam. Oleh
sebab itu pendekatan psikologi harus lebih ditingkatkan karena pada awal
kehamilan ini seorang wanita terkadang mengalami ketidaksiapan mental, ketidakyakinan
akan dirinya dapat mengalami kehamilan, berbeda tentunya pada ibu yang sudah
memasuki kehamilan trimester kedua dimana baik secara fisik dan psikologi sudah
mulai menerima kehamilan tersebut.
Dari uraian diatas maka deteksi dini
pada kehamilan yang mungkin akan mengakibatkan risiko fatal harus diwaspadai.
Deteksi untuk setiap wanita harus dilakukan tergantung kebutuhan setiap
individu dan tiap trimester, bidan juga harus memahami bahwa kehamilan bersifat
fisiologi oleh sebab itu di upayakan agar kehamilan ibu dapat terus dilalui
secara normal dengan melakukan kunjungan minimal 4 kali selama hamil dan
pemeriksaan yang seksama, deteksi faktor risiko secara tepat.
2.
Skrining untuk deteksi dini
Setiap kehamilan dapat berkembang
menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itulah sebabnya mengapa ibu hamil
memerlukan pemantauan selama kehamilan. Untuk itu, perlu di perhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mengupayakan
kehamilan yang sehat
b. Melakukan
deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan
c. Persiapan
persalinan yang bersih dan aman
Untuk melaksanakan hal-hal tersebut
perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
a. Pemberian
vitamin zat besi
Dimulai
dengan memberikan 1 tablet zat besi segera mungkin setelah rasa mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat
500 gram. Masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama
the dan kopi, karena mengganggu penyerapan.
b. Pemberian
imunisasi TT
Antigen
|
Interval (selang waktu minimal)
|
Lama perlindungan
|
Persen perlindungan
|
TT1
|
Pada kunjungan antenatal ke-1
|
-
|
-
|
TT2
|
4 minggu setelah TT1
|
3 tahun
|
80
|
TT3
|
6 bulan setelah TT2
|
5 tahun
|
95
|
TT4
|
1 tahun setelah TT3
|
10 tahun
|
99
|
TT5
|
1 tahun setelah TT4
|
25 tahun
|
99
|
Keterangan : *artinya apabila dalam
waktu 3 tahun WUS (wanita usia subur) tersebut
melahirkan, maka bayi akan terlindung dari TN (tetanus neonatorum)
c. Penilaian
klinik
Penilaian
klinik merupakan prose berkelanjutan di mulai dari:
1. kontak
pertama kepada [petugas secara optimal dan berakhir dengan pemeriksaan 6 minggu
2. setiap
kunjungan antenatal petugas mengumpulkan data, dan
3. mengenal
kondisi melalui analisis dan anamnesis serta pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterine.
d. Jadwal
kunjungan ulang
1. Kunjungan
1 kurang dari 24 minggu dilakukan untuk
a. Penapisan
dan pengobatan anemia
b. Perencanaan
persalinan
c. Pengenalan
komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
2. Kunjungan
2, 24-28 minggu dan kunjungan 3, 36 minggu, dilakukan untuk :
a. Pengenalan
komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
b. Penapisan
preeklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c. Mengulang
perencanaan persalinan
3. Kunjungan
IV 36 minggu sampai lahir, adalah:
a. Sama seperti kegiatan kunjungan ke II dan
III
b. Mengenali adanya kelainan letak dan
presentasi
c. Memantapkan rencana persalinan
d. Mengenali tanda-tanda persalinan
Kebiasaan yang lazim dilakukan namun tidak
menguntungkan
Kebiasaan
|
Keterangan
|
·
mengurangi garam untuk mencegah
preeklamsi
·
membatasi hubungan seksual untuk
mencegah abortus dan kelahiran premature
·
pemberian kalsium untuk mencegah kram
pada kaki
·
membatasi makan dan minum untuk
mencegah bayi besar
|
·
hipertensi bukan karena retensi garam
·
dianjurkan meenggunakan kondom
(prostaglandin) tidak merangsang kontraksi uterus
·
kram pada kaki bukan semata-mata
disebabkan kekurangan kalsium
·
bayi besar disebabkan karena gangguan
metabolism pada ibu seperti diabetes mellitus.
|
Pemeriksaan dilakukan dengan cara
anamnesa untuk menanyakan keluhan utama atau keluhan yang dirasakan saat ini,
kemudian ditanyakan seluruh riwayat
kesehatan yang lalu dan sekarang termasuk pemeriksaan gynekologi dan
obstetri.
Pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan
yang dilakukan untuk meninjau apakah kondisi fisik klien ada masalah atau tidak
dan dilakukan secara komprehensif atau lengkap dan detail dilakukan secara head
to toe serta dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, seperti
laboratorium, pemeriksaan radiologi. Melakukan investasi khusus tergantung / berdasarkan
kebutuhan dan masalah klien.
Adapun skrining pada kehamilan sejak awal sebelum
terjadinya pra-konsepsi, meliputi persiapan mental, emosional, psikis serta
fisik. Yang harus diperhatikan ialah :
a. Faktor lingkungan dan faktor keturunan yang sangat
mempengaruhi pada kehamilan atau sebelum hamil dan gambaran metode yang
bagaimana dalam melakukan pemeriksaan sebelum pra-konsepsi.
b. Disamping itu fisik, psikologi dan psikologi bawaan
selama kehamilan
c. Pemeriksaan dan penanganan pada pria dan wanita yang
tidak subur /
kurang subur
d. Melakukan review atau evaluasi dan penanggulangan bersama
terhadap kesehatan reproduksi secara aman dan tidak menimbulkan komplikasi
e. Bidan menerapkan peraturan dalam asuhan prenatal.
Pemeriksaan dini / skrining dini, biasanya dilakukan secara menegakkan tes
atau diagnosa dan pengujian yang merujuk pada hasil labor. Dimana yang menjadi
langkah awal pada skrining deteksi dini yaitu pemeriksaan dasar atau pemeriksaan awal.
Menanyakan hal umum seperti kebiasaan diet, gaya hidup,
dan mengosumsi obat-obatan. Riwayat kesehatan dideteksi dari kedua pihak dari
suami dan
istri. Dan pengujian langsung yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan ialah tinggi badan, berat badan, dan pemeriksaan cek darah di labor.
Dan sebagai antisipasi pada wanita, pemeriksaan yang
dilakukan adalah menanyakan siklus menstruasi pada wanita, apakah terdapat
infeksi pada vagina, pemeriksaan serviks dengan pap smear.
Sampel pemeriksaan lain dalam labor :
a. Urine
Penanganan apabila terdapat gejala dari infeksi. Seperti
akan terjadi keracunan kehamilan (pre-eklamsi bisa menjadi pre-eklamsi berat
bahkan eklamsi), deteksi dini apabila ibu ada riwayat Diabetes Melitus.
b. Test darah
Dalam pemeriksaan darah dapat diketahui kadar hemoglobin
menandakan apa ibu anemi atau tidak, imun rubella, test penyakit syphilis,
menentukan LED (laju endap darah) dan pemeriksaan terhadap indikasi lainnya
sebagai contoh pada adanya ciri-ciri penyakit sel sabit.
c. Pemeriksaan cairan semen
Keabnormalan cairan sperma harus segera diketahui
penyebab pasti, mungkin karena tingginya konsumsi alkohol serta obat-obatan
yang bisa menurunkan kualitas sehingga tidak bisa menjadi konsepsi.
B. DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN
1.
Pengantar
Persalinan dibagi dalam empat kala sebagai berikut:
a. kala
I : dimulai dari saat persalinan mulai, sampai pembukaan lengkap ( 10 cm ).
Proses ini terbagi dalam 2 fase, yakni fase laten ( 8 jam ) serviks membuka
sampai 3 cm, dan fase aktif ( 7 jam ) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
b. Kala
II : dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
c. Kala
III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
d. Kala
IV : dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama post partum
Tujuan asuhan persalinan
ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek ibu dan
sayang bayi.
2.
Kebijakan pelayanan asuhan persalinan
a. Semua
persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih
b. Rumah
bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jam
c. Obat
– obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas
terlatih
3.
Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan
dan kelahiran
a. Asuhan
sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan
bersih dan aman. Termasuk hadirnya keluarga atau orang – orang yang member
dukungan bagi ibu
b. Partograf
harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan
atau rekam medic untuk persalinan
c. Selama
persalinan normal, intervensi hanya dilakukan jika benar – benar dibutuhkan.
Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi dan penyulit.
d. Manajemen
aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat secara
dini, memberikan suntikan oksitosin IM, dilakukan penegangan tali pusat
terkendali ( PTT )dan segera melakukan masase fundus, harus dilakukan pada
semua persalinan normal.
e. Penolong
persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak – tidaknya 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keaadaan stabil. Fundus
harus sudah diperiksa setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk
memastikan kontraksi uterus tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan
perdarahan
f. Selama
24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan di masase
sampai kontraksi baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk
melakukan hal ini
g. Segera
setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti. Bayi
dikeringkan, serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi
h. Obat
– obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan
keluarga
4.
Pemantauan partograf pada setiap persalinan
kala I aktif
Partograf dipakai untuk memantau
kemajuan persalinan dan memantau petugas kesehatan dalam menentukan keputusan
dalam penatalaksanaan. Partograf memberikan peringatan pada petugas kesehatan
suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, bahwa ibu
mungkin perlu dirujuk. Untuk menggunakan partograf dengan benar, petugas harus
mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
a. Denyut
jantung janin
Denyut jantung janin dinilai dan dicatat
setiap 30 menit, setiap kotak dibagian atas patograf menunjukkan waktu 30
menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukkan denyut jantung
janin, catat denyut jantung janin dengan member tanda titik pada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukkan denyut jantung janin, kemudian hubungkan
yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegak bersambung.
Kisaran normal denyut jantung janin terpapar
pada patograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya penlong
harus waspada bila denyut jantung janin mengarah hingga dibawah 120 atau diatas
160 .
b. Air
ketuban
Nilai
kondisi air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai
di bawah lajur denyut jantung janin.
Gunakan lambang-lambang sebagai berikut:
1) U : selaput ketuban masih utuh (belum
pecah)
2) J : selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban jernih
3) M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium
4) D : selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban bercampur darah
5) K : selaput ketuban sudah pecah tapi air
ketuban tidak mengalir lagi (kering)
c. Perubahan
bentuk kepala janin (molding atau molase)
Penyusupan
adalah indikator penting tentang
seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras
(tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih
antar tulang kepala semakin menunjukkan resiko disporporsi kepala sampai
panggul (CPD). Ketidak mampuan untuk berakomodasi atau disporposi ditunjukkan
melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih (molase) yang berat sehingga
tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan
disporposi kepala sampai panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi
janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai
dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala sampai panggul (CPD) kefasilitas
kesehatan rujukan.
Setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala
janin, catat temuan yang ada dikotak yang sesuai, dibawah lajur air ketuban.
Gunakan lambing-lambang berikut ini :
(0)
tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
(1)
tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
(2)
tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapt dipisahkan
(3)
tulang-tulang kepala jani saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
d. Pembukaan
mulut rahim (serviks)
Dengan
menggunakan metode yang dapat dinilai dan dicatat pembukaan servik setiap 4 jam
(lebigh sering melakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam
fase aktif persalinan catat pada patograf setiap temuan dari setiap
pemeriksaan. Tanda X harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan laju
besarnya pembukaan servik.
e. Penurunan
Mengacu
pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen atau
luar) diatas simpisis pubis. Catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap
pemeriksaan dalam. Ada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada
diatas simpisis pubis.
f. Waktu
Menyatakan
berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
g. Jam
Catat
jam sesudahnya.
h. Kontraksi
Catat
setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam
sepuluh menit dan lamanya masing – masing kontraksi dalam hitungan detik
i. Oksitosin
Bila
memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin pervolume cairan infuse dan
dalam tetesan permenit
j. Obat
yang diberikan
Catat
semua obat lain yang diberikan
k. Nadi
Catatlah
setiap 30 – 60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (
)
l. Tekanan
darah
Catatlah setiap 4 jam dan tandai
dengan anak panah (→)
m. Suhu
badan
Catat
setiap 2 jam
n. Protein,
aseton dan volume urine
Catat
lah setiap ibu berkemih.
Bila
temuan – temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan
harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari
rujukan yang tepat.
C. DETEKSI DINI DAN KOMPLIKASI PADA NIFAS
1.
Deteksi dini pada masa nifas
Sebagian besar kematian ibu pada
periode pasca persalinan terjadi pada 6 jam pertama setelah persalinan.
Kematian ini disebabkan oleh infeks, perdarahan dan eklampsia. Oleh karena itu,
pemantauan selama 2 jam pertama postpartum sangat penting.
Selama kala IV, bidan harus
meneruskan proses penatalaksanaan kebidanan yang telah mereka lakukan selama
kala I, II, dan III untuk memastikan bahwa ibu tersebut tidak menemui masalah
apapun.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 mingu.
Selama masa nifas terjadi berbagai
perubahan fisiologis yaitu:
a. Perubahan
fisik
b. Involusi
uteri dan pengeluaran lokhia
c. Laktasi
/ pengeluaran ASI
d. Perubahan
system tubuh lainnya
e. Perubahan
psikis
Yang menjadi tujuan dari asuhan pada masa nifas adalah :
a. Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memebrikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
d. Memberikan
pelayanan keluarga berencana
Ibu yang berada dalam masa nifas memerlukan pengawasan
dari bidan atau petugas kesehatan. Karena masa nifas masih merupakan masa
kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Sehingga, pemantauannya yang melekat dari petugas
harus tetap dilakukan agar komplikasi pada masa ini dapat dicegah.
Saifuddin (2006) dalam bukunya yang berjudul “buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal neonatal “ menyatakan bahwa, 60 %
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Sementara untuk neonates, dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60 % kematian bayi
baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mencegah terjadinya komplikasi termasuk pada masa nifas. Upaya tersebut dengan
membuat program dan kebijakan teknis untuk dilaksanakan di unit – unit
pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Selama masa nifas, paling sedikit 4 kali kunjungan masa
nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Kunjungan
tersebut untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang
terjadi. Emapt kali kunjungan tersebut setidaknya pada saat :
a. 6 –
8 jam setelah persalinan ( Kunjungan I )
b. 6
hari setelah persalinan ( kunjungan II )
c. 2
minggu setelah persalinan ( kunjungan III )
d. 6
minggu setelah persalinan ( kunjungan IV)
Tujuan
dari masing – masing kunjungan tersebut berbeda- beda. Di bawah ini diuraikan
mengenai tujuan dari tiap kunjungan tersebut.
a. Tujuan
kunjungan 6 – 8 jam setelah persalinan :
1) Mencegah
perdarahan masa nifas yang disebabkan oleh atonia uteri
2) Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan dan harus segera merujuk jika perdarahan
berlanjut
3) Memberikan
konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga tentang bagaimana mencegah
perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian
ASI awal
5) Melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga
bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
Bidan
yang menolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi baru lahir
sampai dengan 2 jam pertama setelah persalinan. Atau bidan penolong persalinan
harus tetap tinggal sampai dapat dipastikan bahwa keadaan ibu maupun bayinya
dalam keadaan stabil.
b. Tujuan
dari kunjungan 6 hari setelah persalinan :
1) Memastikan
bahwa involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak berbau
2) Menilai
adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Memastikan
bahwa ibu mendapatkan cukup intake makanan, cairan dan istirahat
4) Memastikan
bahwa ibu menyusui dengan baik dan tidak memeprlihatkan adanya tanda – tanda
penyulit
5) Memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari – hari.
c. Tujuan
dari kunjungan 2 minggu setelah persalinan : sama dengan tujuan dari kunjungan
6 hari setelah persalinan di atas.
d. Tujuan
dari kunjungan ke empat ( 6 minggu setelah persalinan ) adalah :
1) Menanyakan
kepada ibu tentang penyulit – penyulit yang dialami ibu dan bayi
2) Memberikan
konseling untuk KB secara dini
Pengawasan
yang baik yang dilakukan oleh bidan atau petugas kesehatan dapat menentukan
apakah masa nifas berlangsung dengan normal atau tidak. Masa nifas normal
ditandai dengan involusi uterus, pengeluaran lokhea, pengeluaran ASI dan
perubahan system tubuh, termsauk keadaan psikologis tanpa adanya kelainan
ataupun penyulit.
Bidan perlu memperhatikan, jika
deteksi atau ditemukan adanya keadaan gawat darurat maupun penyulit pada ibu
dan atau bayinya. Keadaan gawat darurat pada ibu diantaranya adalah jika ibu
mengalami perdarahan, kejang dan panas.
2.
Deteksi dini komplikasi masa nifas
Sebelum
bidan melakukan deteksi terhadap kelainan dan komplikasi masa nifas, ada
baiknya dibahas lagi sedikit mengenai masa nifas.
Masa
nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira – kira 6 minggu (prawirohardjo,2002).
Masa
nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini,
saluran reproduktif anatominya kembali kekeadaan tidak hamil yang normal
(cuningham, 1995).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti
prahamil.
a. Perdarahan
pervaginam
Pervaginam
artinya lewat vagina (Doorland, 2005). Sering kali dalam bidang kebidanan,
istilah perdarahan pasca persalinan, diatikan sebagai suatu perdarahan
pervaginam yang melebihi 500ml.
pengertian ini mengandung beberapa hal yang
perlu dibicarakan, sebagai berikut :
1) Kehilangan
darah yang diperkirakan, lazimnya tidak sebanyak yang terjadi, mungkin hanya
sebagian dari yang biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau
dengan urin. Disamping itu, darah juga tersebar pada spon, handuk, kain, dan
didalam ember dan lantai.
2) Volume
darah yang hilang bervariasi sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu
yang kadar Hbnya normal, umunya dapat menyesuaikan diri terhadap darah yang
hilang. Hal seperti iu dapat juga menyebabkan terjadinya anemia. Jadi, seorang
ibu yang tidak memiliki anemia dapat juga berakibat berbahaya akibat kehilangan
darah tersebut.
3) Mengenai
peristiwa perdarahan dapat terjadi dengan lambat dengan jangka waktu beberapa
jam. Keadaan seperti ini, dapat saja tidak diketahui sampi terjadi syok.
Adapun mengenai penilaian resiko
pada saat antenatal, tidak dapat diperkirakan terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Oleh karena itu, penanganan yang aktif kala III sebaiknya dilakukan
pada semua wanita yang bersalin hal ini dikarnakan bahwa kondisi posisi
tersebut dapat menaikan kejadian perdarahan pasca persalinan sebagai akibat
adanya Antonia uteri. Oleh kerena itu, semua ibu pasca bersalin harus dipantau
dengan serius untuk didiagnosis perdarahan pasca persalinan.
b. Infeksi
pada masa nifas
Infeksi
bisa terjadi setelah persalinan bila tidak ditangani dengan hati-hati. Harus
diwaspadai, karena infeksi dalam persalinan atau pada masa nifas, sampai saat
ini masih merupakan penyebab Angka Kematian Ibu tinggi. Infeksi pada alat
genital akibat komplikasi pada masa nifas.
Angka Kematian Ibu disebabkan karena infeksi kemih, payudara, dan
jaringan pasca pembedahan. Seperti halnya gejala infeksi secara umum, yakni
terdapatnya kondisi berupa suhu badan panas, malaise, dan denyut nadi cepat.
Gejala local dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada waktu
miksi/kencing atau adanya disuria.
Infeksi
pada dan melaui traktus genitalis setelah persainan disebut infeksi nifas. Suhu
380 C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 post partum dan
diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis.
Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi
nifas jika tidak diketemukan sebab – sebab ekstragenital.
Beberapa
faktor predisposisi :
·
Kuarng gizi atau malnutrisi
·
Anemia
·
Hygiene
·
Kelelahan
·
Proses persalinan bermasalah :
- Partus
lama / macet
- Korioamnionitis
- Persalinan
traumatic
- Kurang
baiknya proses pencegahan infeksi
- Manipulasi
yang berlebihan
- Dapat
berlanjut ke infeksi dalam masa nifas
c. Sakit
kepala, penglihatan kabur dan nyeri epigastrik
Adanya
gejala sakit kepala, penglihatan kabur, dan nyeri epigastrik, merupakan
tanda-tanda terjadinya eklamsi post partum. Utamanya bila disertai dengan
tekanan darah tinggi. Disamping itu tanda-tanda tersebut dapat bertambah adanya
pembengkakan di wajah dan juga ekstremitars.
d. Demam
muntah dan rasa sakit waktu berkemih
Pada
masa nifas dini, sebagai akibat terjadinya trauma ketika
persalinan dan juga analgesia epidural atau spinal, maka sensitifitas kandung
kemih terhadap tegangan air kemih didalam vesika urinaria menurun. Disamping
itu, sensasi peregangan kandung kemih dapat berkurang akibat rasa tidak nyaman,
yang disebabkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi dan hematoma pada dinding
vagina.
e. Payudara
menjadi merah panas dan sakit
Payudara
yang tersa sakit dan berwarna merah disebabkan karena payudara tidak disusui
secara adekuat, sehingga putting susu mungkin saja lecet. Disamping itu, bisa
juga disebabkan karena diet ibu yang tidak sehat atau kurang baik, bra yang
terlalu ketat, ibu kelelahan karena kurang istirahat, atau dapat juga karena
anemia.
f. Nafsu
makan menurun dalam waktu lama
Keletihan
berat setelah persalinan dapat menurunkan nafsu makan. Oleh karena itu
sebaiknya setelah bersalin, ibu diberi minum hangat, susu, kopi, atau the yang
manis. Karena gula dapat meningkatkan energy yang menurun, makanan yang
dibarikan haruslah makanan yang mudah dicerna karena alat pencernaan perlu
istirahat untuk memulihkan kondisi yang sehat segar kembali.
g. Kaki
membengkak sakit merah lunak
Kaki
membengkak, sakit, berwarna merah dan melunak dikarenakan selama masa nifas
dapat terjadi thrombus. Trhombus sementara yang ringan terjadi pada vena-vena
manapun dipelvis yang mengalami dilatasi.
h. Kecemasan
karena merasa tidak mampu mengasuh bayinya
Rasa takut dan
kekecewaan secara emosional menyebabkan stress sedemikian rupa. Keadaan ini
sering kali dialami wanita hamil dan melahirkan, utamaya pada kelahiran anak
pertama. Ada rasa nyeri pada awal masa nifas, rasa kelelahan akibat kurang tidur
selama persalinan dan setelah melahirkan, rasa cemas terhadap perawatan bayinya
dirumah setelah pulang dari tempat bersalin, sering kali menghantui ibu yang
baru bersalin. Hal ini harus menjadi perhatian bidan untuk dapat membesarkan
hatinya.