Rabu, 06 Maret 2013

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Dan Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir



 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1.      Perubahan sistem reproduksi
     Selama masa nifas, alat – alat interna maupun eksterna berangsur – angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi.
a.       Uterus
     Segera setelah lahirnya placenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengan antara umbilicus dan simfisis. Dua hari kemudian mengerut sehingga telah masuk ke dalam rongga pelvis. Lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs placenta akan menjadi neurotic ( layu / mati ). Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya.
     Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba di mana TFU-nya.
·         Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
·         Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat
·         Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simfisis dengan berat 500 gram
·         Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simfisis dengan berat 350 gram.
·         Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil ( tak teraba ) dengan berat 50 gram
                 Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain :
·      Autolysis
        Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil.

·      Atrofi jaringan
        Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
·      Efek oksitosin ( kontraksi )
        Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjer hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan.
b.      Lokhea
     Lokhea adalah cairan secret yang berassal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas.
     Lokhea terbagi atas 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
·      Lokhea rubra
   Berwarna merah karena berisi darah segar dann sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium. Lokhea ini keluarnya pada hari pertama sampai hari hari ke – 4 masa postpartum.
·      Lokhea sanguinolenta
   Lokhea ini berwarna kecoklatan berisi darah dan lendir yang keluar hari ke – 4 sampai hari ke – 7 post partum.
·      Lokhea serosa
        Lokhea ini berwarna kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi placenta. Keluar pada hari ke – 7 sampai hari ke – 14
·      Lokhea alba
   Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea ini berlangsung selama 2 – 6 minggu post partum.
        Lokhea mempunyai bau yang kahs, tidak seperti bau menstruasi. Jumlah rata – rata pengeluaran lokhea adalah kira – kira 240 – 270 ml.

c.       Perubahan pada serviks
     Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga segera setelah bayi lahir. Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama dibagian anteriorserviks akan terlihat padat yang mnecerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan retak karena robekan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat 4 minggu post partum.
d.      Vagina
     Vagina dan vulva mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Secara berangsur – angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran nulipara. Rugae timbul kemabli pada minggu ke 3. Hymen tampak sepeti tonjolan jaringan yang kecil.
e.       Perineum
     Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke – 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya.

2.      Perubahan system pencernaan
     Biasanya, ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Karena alat pencernaan mengalami penekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebih, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Hal ini dapat di atasi dengan cara diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan.
     Selain itu, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjer pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori.

3.      Perubahan system perkemihan
     Setelah proses persalinan berlangsung, ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih.
     Kurang lebih 40 % wanita nifas mengalami proteinuria yang nonpatologis sejak pasca melahirkan sampai dua hari post partum .
     Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12 – 36 jam postpartum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan itu disebut dieresis.

4.      Perubahan system musculoskeletal
     Ligament - ligament, fasia, dan diagfragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur – angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan – latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan – lahan.

5.      Perubahan system endokrin
·   Hormone placenta
  Hormone placenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG ( human chorionic gonadotropin ) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke – 7 post partum
·   Hormone pituary
  Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam 2 minggu, FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
·   Hypotalamik pituary ovarium
  Lamanya wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone
·   Kadar estrogen dan progesterone
  Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjer mamae dan menghasilkan ASI.
  Di samping itu, progesterone memengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.

6.      Perubahan tanda vital
·   Suhu badan
  Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20 celcius. Sesudah partus dapat naik ± 0,50 celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 80 celcius. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 380 celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien.
·   Nadi dan pernapasan
  Nadi berkisar antara 60 – 80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukan adanya kemungkinan infeksi.
  Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan nadi. Pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti semula.
·   Tekanan darah
  Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain ynag menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan.

7.      Perubahan system hematologi
     Kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor – faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit mneurun, tetapi darah akan mengental. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan. 
     Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200 – 500 ml. penurunan volume dan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke – 3 sampai hari ke – 7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4 – 5 minggu post partum.



B.     Respon Orangtua Terhadap Bayi Baru Lahir
1.      Bounding attachment
     Bounding attachment merupakan sentuhan awal / kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit – menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Bayi mempelajari lingkungan dengan membedakan sentuhan dan pengalaman antara benda yang lembut dan yang keras, sama halnya dengan membedakan suhu panas dan dingin.
·      Metode kangguru
   Prinsip yang harus dipegang dalam pelaksanaan metode ini adalah kebersihan, kontak kulit, serta keamanan dan kenyamanan posisi bagi ibu / pengganti ibu dan bayi.
   Tahapan pelaksanaan metode kangguru yaitu :
a.       Penyampaian informasi kepada keluarga
-    Bidan / petugas kesehatan perlu memperkenalkan diri dan memahami lingkungan keluarga, siapa diantara anggota keluarga yang paling berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam keluarga.
-    Menjelaskan kepada ibu dan keluarga, mengapa bayi perlu dirawat dengan metode kangguru
-    Gunakan bahasa yang mudah dimengerti
b.      Persiapan ibu / pengganti ibu
-    Ibu / pengganti ibu membersihkan daerah dada dan perut denagn cara mandi 2 kali sehari
-    Kuku tangan harus pendek dan bersih
c.       Membersihkan daerah dada
-    Pakaian baju kangguru harus bersih dan hangat yaitu dengan mencuci baju dan menghangatkannya sebelum dipakai
d.      Persipan bayi
-    Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat
-    Bayi perlu memakai tutup kepala dan popok selama pelaksanaan metode kangguru
-    Setiap popok bayi basah akiba BAB atau BAK harus segera diganti

e.       Menggunakan baju biasa
-    Selama pelaksanaan metode kangguru, ibu / pengganti ibu tidak memakai baju dalam atau BH
-    Pakai kain baju yang dapat renggang
-    Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju, tali pinggang, atau selendang kain
-    Kain baju perlu dihangatkan dengan dijemur di bawah sinar matahari
-    Pakailah metode ini sepanjang hari.
f.       Posisi bayi
-    Letakan bayi pada posisi vertical, letaknya dapat ditengah payudara atau sedikit kesamping sesuai dengan kenyamanan bayi
-    Saat ibu duduk atau tidur, posisi bayi dapat tegak mendekap ibu
-    Setelah bayi dimasukkan ke dalam baju, ikat dengan kain selendang di sekeliling / mengelilingi ibu dan bayi
g.      Memonitor bayi
-    Pernapasan
-    Keadaan umum
-    Gerakan bayi
-    Berat badan
h.      Perawatan bayi oleh bidan
-    Bidan harus melakukan kunjungan untuk memeriksa keadaan bayi :
·   Tanda – tanda vital
·   Kondisi umum ( gerakan, warna kulit, pernapasan, tonus otot. )

2.      Respon ayah dan keluarga
a.            Calon ayah digambarkan sebagai seseorang yang menunjukan perhatian pada kesejahteraan emosional, serta fisik janin dan ibunya. Ia tidak hanya memiliki tanggung jawab sebagai orang tua terhadap anak, tetapi dalam kasus yang pertama kali menjadi ayah, pria menjalani sebuah transisi peran dengan model formal yang sangat sedikit.
     Transisi menjadi orang tua merupakan hal yang menimbulkan stress dan pria membutuhkan banyak dukungan sebagaiman wanita. Transisi digambarkan sebagai suatu priode krisis identitas yang melibatkan terjadinya serangkaian perubahan, kehilangan dan ansietas yang berhubungan dengan dunia eksternal dan internal seseorang.         
b.      Respon ayah terhadap bayi dan persiapan mengasuh
     Respon setiap ibu dan ayah terhadap bayinya dan terhadap pengalaman dlam membesarkan anak selalu berbeda karena mencakup seluruh spectrum reaksi dan emosi. Mulai dari kesenangan yang tidak terbatas, hingga dalamnya keputusan dan duka.
c.       Ikatan awal bayi dan orang tua
     Ikatan awal yaitu bagaimana prilaku orang tua terhdap kelahiran bayinya pada masa – masa awal. Faktor internal yang mempengaruhi misalnya bagaimana ia dirawat oleh orang tuanya, bawaan genetiknya, adat istiadat dan nilai, hubungan antar pasangan keluarga dan orang lain, sedangkan faktor eksternal misalnya perawatan yang diterima saat kehamilan, persalinan dan pasca partum, sikpa penolong persalinan.

     Gambaran mengenai bentuk ikatan awal antara ibu dan bayi antara lain :
a.       Sentuhan ( touch )
     Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya, perabaan digunakan untuk membelai tubuh dan mungkin bayi akan dipeluk oleh lengan ibunya, gerakan dilanjutkan dengan usapan lembut untuk menenangkan  bayi, bayi akan merapat pada payudara ibu.
b.      Kontak mata ( eye to eye contact )
     Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian kepada satu objek pada saat 1 jam setelah kelahiran dengan jarak 20 – 25 cm dan dapat memusatkan pandangan sebagai orang dewasa pada usia kira – kira 4 bulan.

c.       Bau badan ( odor )
     Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung, dan pola bernapasnya berubah setiap kali hadir bau baru, tetapi bersamaan dengan semakin dikenalnya bau itu, si bayi pun berhenti bereaksi. Indra penciuman bayi akan sangat kuat jika seorang ibu dapat memberikan ASI- nya pada waktu tertentu.
d.      Kehangatan tubuh ( body warm )
     Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung meletakkan bayinya diatas perutnya. Bayi akan tetap hangat jika selalu bersentuhan dengan kulit ibunya.
e.       Suara ( voice )\
     Respon antar ibu dan bayinya dapat berupa suara masing – masing. Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa bayi – bayi baru lahir bukan hanya mendengar secara pasif, melainkan mendengar dengan sengaja dan mereka tampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara – suara tertentu, misalnya suara detak jantung ibunya.

3.      Sibling rivalry
     Sibling rivalry adalah adanya rasa persaingan saudara kandung terhadap kelahiran adiknya. Biasanya hal tersebut terjadi pada anak dengan usia 2 – 3 tahun. Anak mendemonstrasikan sibling rivalrynya dengan berprilaku temperamental. Hal ini dapat dicegah dengan selalu melibatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adiknya.orang tua mengupayakan untuk memperkenalkan calon saudara kandungnya sejak masih dalam kandungan dengan menunjukan gambar – gambar bayi. Orang tua harus memperhatikan komunikasi yang baik dengan anak tanpa mengurangi kontak fisik dengan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar